Saat ini, 3 miliar orang di 150 negara menggunakan produk yang mengandung minyak sawit. Secara global, setiap manusia mengkonsumsi rata-rata 8 kg minyak sawit per tahun. Dari jumlah tersebut, 85 persen sawitnya berasal dari Malaysia dan Indonesia.
Tapi tahukah kamu kalau ternyata kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia?
Masyarakat Indonesia dulunya tidak menggunakan minyak goreng kelapa sawit sebagai minyak goreng.
Mengutip Harian Kompas, 30 Agustus 1975, kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan baru didatangkan pertama kali ke Indonesia pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang didatangkan, di mana dua melalui Amsterdam, sedangkan yang lain melalui Reunion. Bibit-bibit kelapa sawit tersebut kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.
Karena bibit tersebut kemudian tumbuh dengan baik, maka biji keturunannya kemudian dibawa ke Sumatera dan di tanam sebagai penghias jalan di sekitar perkebunan tembakau. Karena produksi buahnya bagus, pengusaha asal Belanda kemudian tertarik untuk membangun perkebunan kelapa sawit. Mulai tahun 1911 industri kelapa sawit pun berkembang di Sumatera Utara.
Bersamaan dengan itu, Inggris kemudian juga membuka perkebunan kelapa sawit di Malaysia. Pada tahun 1974 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 170.000 hektar yang tersebar di wilayah Sumatea. Meski di Indonesia kepala sawit ditanam di perkebunan besar, namun di tanah asalnya, Afrika, kelapa sawit hanya ditanam sebagai tanaman rakyat biasa.
Bahkan sekitar tahun 1960-an, buah kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan di tanah air mengikuti kebutuhan minyak goreng kelapa yang sangatlah tinggi. Ketika itu pemerintah bahkan memberikan dukungan berupa program pembuatan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang didirikan di beberapa daerah di antaranya di wilayah Pangandaran sebagai wilayah yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Perkebunan buah kelapa di waktu itu diharapkan bisa memenuhi kurangnya kebutuhan daging buah kelapa untuk dijadikan kopra. Kopra sendiri adalah daging buah kelapa tua yang dikeringkan dan dijadikan bahan baku utama pembuatan minyak goreng kelapa di pabrik-pabrik rakyat.
Tetapi masyarakat pun akhirnya menemukan fakta bahwa bahan baku yang lebih efisien digunakan sebagai minyak goreng adalah sawit dan bukan kelapa.
Harian Kompas, 16 Juni 1979, menuliskan pemerintah ketika itu mulai mengandalkan penyediaan minyak sawit dibanding minyak kelapa untuk minyak goreng.
Salah satu faktor munculnya kebijakan tersebut adalah karena minyak kelapa di pasaran internasional melonjak tinggi sehingga tidak ekonomis jika mengimpor minyak kelapa untuk mencukupi kebutuhan minyak goreng domestik.
Ещё видео!