Budaya Banggai
***
Ba Ode yang dituturkan oleh Ibu Jahariah ini mengandung makna:
"Mari satukan hati, lestarikan tanah dan budaya Banggai serta seni warisan leluhur. Jangan lupakan semua, karena kita terikat satu rahim, berasal dari tali pusar yang sama, satu ikatan persaudaraan. Panjatlah tiang panji-panjimu dan berpegang bersama, pegang dengan kuat. Sudah sampai disini saja. Jikalau aku salah, mohon dimaafkan."
***
Pertunjukan Ba Ode yang diselenggarakan di Graha Cipta III, Taman Ismail Marzuki, pada 7 April 2017 ini merupakan salah satu rangkaian acara Malam Literasi menuju Festival Sastra Banggai. Acara yang mengundang banyak sastrawan ternama tersebut akan dihelat pada 20 - 23 April 2017 di Luwuk, Kabupaten Banggai. Festival Sastra Banggai digagas oleh Babasal Mombasa, komunitas literasi asal Banggai (kolaborasi 3 kabupaten, yaitu Kab. Banggai, Kab. Banggai Kepulauan, dan Kab. Banggai Laut). Babasal Mombasa memiliki arti: "Babasal" singkatan dari Banggai, Balantak, dan Saluan, sedangkan "mombasa" artinya membaca.
Selain pertunjukkan Baode ini, terdapat pula pemaparan dari Bapak Maman S. Mahayana, Guru Besar FIB UI. Beliau mengungkapkan bahwa sastra Indonesia merupakan sastra terkaya di dunia, karena akar tradisi kulturalnya yang beragam, salah satunya sastra tutur. Namun mirisnya, seni tradisi tutur di daerah-daerah di Indonesia ini sudah kian tergusur. Para penutur orang tua yang menghafal puluhan “naskah” tersebut luar biasa, dan kemampuan ini mustahil dimiliki oleh generasi masa kini. Jika tidak diwariskan, tradisi ini lambat laun akan punah. (Anw, di sini saya serasa flashback beberapa tahun lampau, ketika berkuliah di fakultas sastra).
Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan ruang bagi bahasa, tradisi, dan kebudayaan daerah agar lebih mewarnai keseharian masyarakat Indonesia. Peran keluarga, khususnya orang tua, juga penting untuk mewarisi anak-anaknya akan seni serta tradisi budaya lokal yang ada.
Dalam acara ini, hadir pula Bupati Kabupaten Banggai terpilih, Ir. H. Herwin Yatim, MM., beliau mengemukakan masyarakat perlu menggali kekayaan budaya yang ada di daerah. Kebudayaan lokal perlu diangkat dan anak-anak negeri harus bangga dengan kekayaan tradisi, adat istiadat, dan bahasa yang beragam. Untuk menjalankan misi daerah, beliau menggagas “satu hari berbahasa Babasal” di sekolah-sekolah negeri yang ada di Kabupaten Banggai. Keren, kan? :)Terakhir, Bapak Herwin pun berharap agar selalu istiqomah lurus membangun daerah sesuai harapan. Aamiin.
Ещё видео!