Salam Jelajah,
Medan yang ekstrim sudah menanti di depan mata.
Perjalanan dari Masamba menuju Seko, benar-benar menjadi perjalanan darat yang luar biasa. Ada hal menarik yang mungkin ditemui dalam perjalanan dengan ojek, yaitu ketika berpapasan dengan Pateke, sebutan bagi rombongan kuda membawa beban yang diiringi satu atau dua orang pengasuh kuda, sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan seperti beras dan kopi.
Sungai pun akan mewarnai perjalanan dengan kuda besi ini. namun warga sekitar telah menyiapkan rakit yang siap menyeberangkan motor berikut pengendara dan penumpangnya.
Di kawasan Lassa medan lumpur kembali menghadang. Medan yang ekstrim dan menantang menjadi alasan utama mengapa kerusakan motor seperti tak ada habis-habisnya.
Sungguh berat rasanya membayangkan menjadi pengendara ojek Seko yang harus siap menjadi montir dadakan tiap kali ada kerusakan motor. Keselamatan penumpang dan barang pun ada di pundak mereka. Predikat objek Seko sebagai objek termahal di Indonesia menjadi sangat beralasan. Ongkos ojek yang mencapai sejutaan itu terasa seimbang dengan beban tugas para pengendara ojek. Bahkan terkadang terasa terlalu murah.
Para pengendara ojek Seko ini telah bertahun-tahun menjalani profesi seperti ini. Mastan misalnya, yang telah lebih dari 10 tahun ngojek. Dari membonceng orang, hingga barang seperti giliingan padi menjadi hal biasa baginya.
Bagi Mastan, lebih enak membawa penumpang dibanding barang, karena penumpang bisa turun ketika medan berat dilalui. Dalam 1 bulan, para pengojek bisa mendapat penghasilan kotor sekira 10 juta.
Satu lagi yang unik dari ojek Seko adalah bahwa mereka hanya menggunakan rem depan. Maksudnya, kalau memakai rem belakang akan lebih susah ketika motor masuk ke medan lumpur. Kampas rem ban belakang akan menjadi tidak berguna pada akhirnya.
Ini mengapa sematan roda-roda gila Masamba - Seko akan selalu membekas di ingatan.
Ещё видео!