'Terusir' dari Bioskop, Tak Diduga 'Turah' Maju ke Oscar 2018.
Sutradara film Turah Wicaksono Wisnu Legowo mengaku tak pernah menyangka bahwa karyanya masih terus diapresiasi sejak rilis 2016 lalu. Film itu baru saja didapuk mewakili Indonesia berkompetisi di kategori film Berbahasa Asing Terbaik Academy Awards ke-90.
Ajang yang dikenal dengan nama Oscar itu digelar di Dolby Theatre Hollywood, 4 Maret 2018.
Sebelum itu, Turah juga telah ditayangkan dari festival satu ke festival lainnya. Film yang melibatkan para pemain lokal yang belum terkenal itu pun meraih sejumlah penghargaan.
"Enggak menyangka umurnya bisa sepanjang ini. Sudah hampir setahun dan ternyata masih ada yang mengapresiasi Turah. Dari 2016 akhir, lalu masuk festival, terus baru masuk bioskop bulan lalu dan hanya bertahan dua minggu lebih di Tegal,” tuturnya saat dihubungi awak media melalui sambungan telepon, Selasa (18/9). Filmnya memang tak tahan lama di bioskop.
“Turun bioskop, sekarang dipercaya untuk mewakili Oscar," Wicaksono melanjutkan.
Semula, kata Wicaksono, Turah digarap hanya ala kadarnya. Yang penting beres. Tak pernah ia berpikir akan mendapat apresiasi. “Saya jadi kayak enggak ngerti cara menghadapinya.”
Sutradara yang telah memulai karier di dunia film sejak 2010 lewat film pendek ini kemudian menceritakan prosesnya menggarap Turah. Itu bermula dari kepercayaan Ifa Isfansyah, produser Turah untuk membuat film pertama pada 2014 lalu.
“Saya bikin cerita dan naskah jadi 2014, tapi belum syuting. Lalu 2016 bikin skenario, dua jam kemudian Mas Ifa langsung mau bikin film ini. Skrip terserah saya dan dikasih kuasa penuh. Baru setelahnya Mas Ifa yang distribusi film ini dibawa kemana-mana," ujarnya.
Cerita Turah diangkat dari kehidupan sebuah kampung di Tegal yang bernama Tirang. Menurutnya, kehidupan itu cukup tergambar dalam trailer yang ia suguhkan.
"Hanya beberapa kilometer jaraknya dari kampung saya, di sana enggak ada air dan listrik. Saya pernah bikin film pendek di sana tahun 2010, tapi pertama kali lihat Tirang pada 2006," ucapnya. Wicaksono sendiri baru tahu kampung itu dari surat kabar.
Ia lantas memutuskan untuk mendatanginya. Pertama menginjakkan kaki, ia terenyak.
“Merasa ada yang keliru di hidup saya. Tahun 2009 saya buat cerita pendek. Karakternya ada beberapa yang saya ambil di kampung itu," tambahnya. Mulai pemabuk, sampai juragan.
Berkat filmnya, kampung itu kini kerap didatang orang untuk berkunjung dan berwisata.
"Jadi ada suasana baru, beberapa kali banyak yang datang ke Tirang. Saya merasa seperti membuat Laskar Pelangi, bahwa film itu impact-nya ke sana," katanya.
Turah termasuk satu dari 130 lebih film yang diseleksi oleh komite bentukan Persatuan Produser Film Indonesia yang dikepalai Firman Bintang. Christine Hakim salah satu anggota menuturkan, Turah dipilih mewakili Indonesia di Oscar karena karakter film yang kuat.
“Kekuatannya, kejujuran, dan kesederhanaannya, dari segi tematik dan penggarapannya. Pesannya kuat, di antara kemunafikan kehidupan. Gantung diri sebagai kekalahan, menjadi cermin untuk kita semua,” ujar Christine dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/9).
Pada tahun perilisanny, film Turah sendiri telah memenangi Geber Award dan Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival, serta kategori Asian Feature Film Special Mention diraih dalam Singapore International Film Festival.
Sumber: [ Ссылка ]
Ещё видео!