Reza: Keyakinan, Keajaiban dan Keabadian

“Assalamualaikum,” ujarnya seraya menebar senyum di menit ke-16, usai lagu ketiga sukses dia rampungkan. Pilihan kata pembuka yang jarang saya dengarkan di dalam gedung The Pallas, kawasan SCBD Jakarta Selatan. Dua puluh satu tahun sejak Reza mencuri perhatian dunia Pop ketika single “Pertama” muncul dalam balutan video hitam putih, berbusana kulit mengkilat dan bersender ke tembok yang licin.

Malam itu Pallas disesaki manusia dengan rasio 70:30 wanita dan pria. Mayoritas terlihat mengenakan setelan pulang kantor, menyilangkan tas kulit di dada dan mengenakan kemeja putih bersih yang dimasukkan ke dalam celana bahan. Pemandangan yang jelas menggambarkan demografi audiens Reza Artamevia. Saya tidak terkejut. Konser sold out ini bisa jadi titik luap banyak malam-malam singalong milenial di kubikel-kubikel karaoke se-Indonesia 3-4 tahun terakhir, di mana gelombang throwback artis pop Indonesia 90-an meletup di banyak sudut. Kesempatan emas ini tentunya ditunggangi oleh banyak veteran pop, menggunakan euforia jadi kans mereka untuk kembali jadi relevan, untuk 1-2 jam di setiap akhir pekan.

Yang saya saksikan malam itu lebih dari sekadar euforia. Menyaksikan Reza, mengingatkan saya akan banyak hal: saat industri pop masih jadi raksasa yang sederhana, saat Ahmad Dhani (berjasa besar mengukir karir Reza sejak awal) masih masuk akal dan mengingatkan bagaimana perjuangan itu adalah hal yang nyata. Mengikuti karir dan dinamika yang dienyam Reza dan melihat dia di atas panggung malam itu membuat saya banyak berpikir tentang kegigihan dan determinasi. Tentunya saya tidak kenal Reza secara personal, namun entah kenapa melihat semangat yang dia tampilkan, ada rasa bangga.

Di jeda antar lagu, dengan hangat ia berbincang tentang keluarganya, berulang kali melontarkan syukur dan menggunakan kata “beruntung”. Meski begitu, aura sensual yang membentuk identitas Reza di awal karirnya tetap padat melekat di setiap gerak geriknya. Nikita Dompas yang ditugasi meracik aransemen konser “Pertama” malam itu sukses mendandani dan mendaur ulang lagu-lagu Reza jadi lebih indah, megah juga relevan. Favorit saya “Aku Wanita” dan “Dia” disulap jadi cergas dan tajam. Merespon penampilan Reza yang membahana, tiga penyanyi pria muda naik dan turun panggung untuk mendampinginya jadi komplementer, ketimbang mengimbangi performa sang diva.

Teriakan penonton (dan saya) di potongan-potongan lagu yang familiar menjadi kiriman energi positif kepada Reza, mengisi tabung semangatnya hingga penuh, juga membuatnya sadar betul betapa dia dirindukannya oleh penikmat Pop Nusantara. Perjalanan berlikunya berbuah indah ketika dia kembali dan disambut hangat oleh semua orang. Talenta dan buah kerja keras tidak bisa diingkari. Semua orang berhak dapat kesempatan kedua. Banyak terima kasih kami lontarkan untuk mitra Shoemaker Studios kudos juga untuk pelaksana acara Kinarya Gemilang. Sounds From the Corner presents: Reza Artamevia! - Teguh Wicaksono


Music Director & Guitar: Nikita Dompas

Drums : Jesse Mates
Bass : Agus Kristianto
Piano : Yoseph Sitompul
Synth : Ivan Alidiyan
Sequencer : Rian Idola
Backing Vocal : Adyuta Abandhika
Backing Vocal : Ranya Badudu


FOH Engineer : Noviyandi Kurniawan
Monitor Engineer : Teguh
Broadcast Mixing Engineer : Harmoko Aguswan

Broadcast Audio Team : Alied & Thavia Perdana

Official Partners
Shoemaker Studio , Avara Custom Id, Supersonic

SETLIST
1. Putus Saja
2. Putus
3. Takkan Lagi
4. Kepastian
5. Ketulusan
6. Satu Yang Tak Bisa Lepas
7. Keajaiban
8. Cinta Kita
9. Cinta Kan Membawamu
10. Selalu Ada
11. Selalu Ada
12. Biar Menjadi Kenangan
13. Aku Wanita
14. Dia
15. Dansa
16. Pertama
17. Keabadian
18. Berharap Tak Berpisah


-----------------------------------------------

►Subscribe to Sounds From The Corner : [ Ссылка ]

Website : [ Ссылка ]

Follow us at
Twitter - [ Ссылка ]_
Facebook - [ Ссылка ]
Instagram - [ Ссылка ]

свернуть