Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang diyakini berasal dari sekitar Danau Sentani, Jayapura, Papua. Di daerah ini memang dijumpai beragam plasma nutfah sagu yang paling tinggi. Sagu terutama tumbuh di lahan rawa, payau atau yang sering tergenang air di mana tanaman lain tidak bisa tumbuh. Keunggulan utama tanaman sagu adalah terletak pada produktivitasnya yang tinggi. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering per hektar per tahun.
Menyebut sagu, benak kita langsung melayang ke Wilayah Tanah Papua dan Maluku, sebenarnya sagu bukan hanya hidup dan tumbuh di dua daerah itu. Sagu juga menjadi salah satu sumber pangan bagi masyarakat di Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Sagu merupakan tanaman one for all karena memiliki multifungsi yang pro kehidupan berkelanjutan. Mulai dari akarnya yang berfungsi menjaga tata air (fungsi hidrologis) dan mencegah banjir, patinya untuk meningkatkan ketahanan pangan, dan sebagai sumber bahan baku industri pangan, kosmetik, dan industri kimia. Batangnya dapat digunakan untuk budidaya ulat sagu (sabeta), kayu bakar, meubel, dan aneka aksesoris. Daunnya dapat dipakai untuk atap rumah dan makanan ternak. Lalu, dahannya (gaba-gaba) untuk dinding rumah, plafon rumah, rakit, dan lainnya. Selanjutnya ampas hasil ektraksi (ela) dapat digunakan untuk pupuk organik, media tumbuhan jamur, pakan ternak, dan papan partikel. Lebih dari itu, sebagai salah satu paru-paru dunia, hutan sagu juga diakui dan terbukti sebagai tanaman yang sangat berperan untuk turut serta dalam mengurangi, bahkan mencegah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Sagu adalah tanaman penghasil karbohidrat yang paling produktif. Tabungan karbohidrat hutan sagu Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta ton pati kering per tahun atau setara dengan 3 juta kiloliter etanol. Mengingat habitat sagu di lahan payau dan tergenang air, maka pengembangan sagu sebagai sumber energi alternatif atau sebagai bahan baku etanol juga tidak akan membahyakan ketahanan pangan.
Berdasarkan penelitian telah pula dibuktikan bahwa pola konsumsi sagu (papeda) yang menyertakan protein hewani dari laut dan hutan, serta sayur-sayuran sebagai lauk-pauknya telah menghasilkan tingkat nutrisi yang menyehatkan bagi konsumen. Manfaat penting lain dari mengonsumsi sagu secara rutin adalah cukup baik bagi kesehatan. Antara lain peningkatan kekebalan tubuh, mengurangi risiko kanker, diabetes, dan kegemukan, serta asupan kalori terkontrol. Manfaat tersebut berkaitan atau ditunjang oleh kondisi ekologis sagu yang memang belum memerlukan sentuhan teknologi atau bahan kimia (misalnya pupuk dan insektisida) dalam proses produksinya,
Ещё видео!