TRIBUNJABAR, CIMAHI - Di sebuah ruangan yang terbuka tanpa ada dinding, tepatnya di Pendopo DPRD Kota Cimahi, Jalan Dra Hj Djulaeha Karmita, Kota Cimahi sejumlah
anak kecil berjajar rapi.
Mereka mengenakan seragam serta samping yang diikat di pinggangnya mengikuti perintah instruktur.
Penari cilik yang rata-rata masih duduk di TK dan Sekolah Dasar (SD) itu bersamaan mengikuti gerakan tarian yang dicontohkan pelatih sekaligus pemilik Sanggar Tari Mutiara
Cimahi bernama Syntya Marlina yang sering dipanggil Osin.
Gerakan tari jaipong yang diiringi lagu berjudul 'Bocah Cilik dan Entog Mulang' dilakukan secara kompak.
Tubuh para penari yang mungil itu terlihat serempak.
Teriakan 'Aaahhh' setiap perpindahan gerak tari itu membuat penari cilik itu semangat mengikutinya.
Tampak Osin pelatih sekaligus koreografer di sanggar tersebut melihat satu per satu muridnya.
Seusai melatih para muridnya, Tribun Jabar pun berkesempatan berbincang dengan Osin.
Osin mengatakan Sanggar Tari Mutiara Cimahi yang merupakan peninggalan orangtuanya itu sempat vakum.
Di tangan Osin, sanggar tersebut kembali bangkit dan sekarang sudah memiliki puluhan murid.
"Tahun 2015 sanggar ini sudah punya legalitas. Berdirinya sudah dari tahun 2012, cuma legalitasnya tahun 2015. Sanggar ini peninggalan orangtua dan sempat vakum dan
saya hidupkan kembali sanggarnya, kini ada 80 murid," ujar Osin.
Osin mengaku di sanggar tarinya itu, para murid diajarkan berbagai tarian tradisional seperti tari Jaipong.
"Tari tradisional seperti jaipong, terus ada tari klasik dan modern," ujarnya.
Syntya Marlina saat memperlihatkan kepiawaian menari jaipong di Kota Cimahi, Minggu (7/1/2018) (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)
Ia menambahkan alasan mempertahankan tari tradisional dan mengajarkan kepada anak kecil, supaya generasi muda ada yang mempertahankan budayanya sendiri.
"Ya, siapa lagi kalau bukan kita yang melestarikan kebudayaan di bidang tari tradisional, terus kapan lagi kalau enggak sekarang melestarikan tari tradisonal ini. Karena ini
warisan budaya kita, ya, itu harus diperkuat juga dan dilestarikan juga," ujarnya.
Osin berharap generasi muda atau milenial jangan melupakan tradisi, budaya dan tanamkan kebudayaan tari tradisional seperti tari jaipong ini sebagai identitas dalam
kehidupan sehari-hari.
"Ke depannya anak-anak terus melestarikan budaya ini," ujarnya.
Ia menambahkan para murid di sanggarnya tersebut, sudah banyak menorehkan prestasi di antaranya juara lomba seperti juara pasanggiri tingkat Jawa Barat.
Orangtua Pilih Sekolahkan ke Sanggar Tari
Selain puluhan anak yang sedang mengasah gerak tubuh, terlihat para orangtua murid menunggu di tangga Pendopo.
Salah satu orangtua murid,Suyatmi (45), mengatakan alasan anaknya mengikuti sanggar tari agar lebih mengisi waktu dengan hal positif.
"Anak saya di sekolahkan ke sanggar tari ini ke depannya lebih biar lebih maju dan mengasahkan bakat anak saya juga terus otomatis waktunya lebih ke latihan tari enggak megang hape terus," ujarnya.
Suyatmi menambahkan anaknya bernama Apris yang berumur 13 tahun sering memainkan gawai. Ia pun merasa khawatir.
Namun sejak anaknya masuk ke sanggar tari dua tahun lalu, ada kegiatan yang dilakukan sehingga tak sering bermain gawai. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Merawat Tari Tradisional di Era Milenial Ala Syntya Marlina, [ Ссылка ].
Penulis: Syarif Pulloh Anwari
Editor: taufik ismail
Video Production: Dicky Fadiar Djuhud
Subscribe: [ Ссылка ]
Upload Terbaru: [ Ссылка ]
Paling Populer: [ Ссылка ]
MEDIA SOCIAL & WEB Official Website: [ Ссылка ]
Instagram : [ Ссылка ]
Facebook : [ Ссылка ]
Fan Page FB : [ Ссылка ]
#tribunjabarvideo #merawattaritradisional #pendopodprdcimahi
Ещё видео!