#SejarahNusantara
#budayatradisionalislam
#JEJAKSejarah
SUBSCRIBE GRATIS : [ Ссылка ]
Folow IG : [ Ссылка ]
Selama beberapa edisi, Media Center menelusuri asal-usul seni tradisional Sintung. Banyak versi mengenai sejarah lahirnya kesenian ini. Seperti berasal dari Parongpong, Desa Kecer, Kecamatan Dasuk; yang dibawa dari Aceh dan lain sebagainya. Namun, seni ini kini populer dan hidup di kawasan Ambunten. Di tempat ini Sintung terus “bershalawat”. Konon, tokoh awal yang membawa dan melestarikan seni ini di kawasan Pantura itu ialah Kiai Macan.
“Kiai Macan adalah tokoh awal yang membawa seni ini,”tegas Faiqul Khair al-Kudus, pemerhati sejarah Sintung, pada Media Center.
Informasi dari Faiqul Khair ini dibenarkan oleh KH. Suhil Imam, tokoh Ambunten yang sekaligus pemerhati sejarah dan budaya sekaligus pelestari Sintung saat ini. Kiai yang dikenal akrab dengan kesenian musik gambus dan shalawatan ini bisa dikata tokoh yang sangat peduli budaya lokal. “Tujuan utama saya, ya memurnikan seni lokal. Mengembalikan keaslian yang dicemari oleh perbuatan-perbuatan menyimpang. Nah, Sintung ini murni seni shalawatan yang memang dibawa oleh Kiai Macan,”katanya.
Media Center sempat napak tilas ke pasarean Kiai Macan di Kampung Guwa, Ambunten Tengah. Tepat di tengah sawah. Makamnya sudah dipugar. Namun, nisannya masih asli. Hanya kijing yang dikeramik.
Lalu siapa Kiai Macan? Menurut salah satu keturunan Kiai Macan di Ambunten, Nyai Hj. Munifah, Kiai Macan adalah seorang ulama besar Ambunten. Beliau juga sekaligus penasihat raja, dan Senapati Keraton. Nama aslinya Kiai Raden Singoleksono. Gelar Kiai sekaligus Raden itu menandakan bahwa beliau merupakan tokoh bangsawan yang disegani. “Raja Sumenep yang ta’zhim pada beliau. Karena disamping masih ada hubungan keluarga, Kiai Macan juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki banyak karomah,”kata Nyai Munifah, yang juga cucu keponakan KH. Aliwafa, Ambunten ini.
Menurut catatan K. RB. Mohammad Mahfuzh Wongsoleksono, mantan Wedana Kangayan dan sekaligus Ambunten, Kiai Macan memang bergelar Kiai Singoleksono. Di catatan itu ada 2 orang bergelar Singoleksono yang dibedakan dengan angka romawi I dan II. Keduanya adalah ayah dan anak. Sang Kiai ini merupakan cucu Patih Sumenep yang diperkirakan di masa Pangeran Rama, yaitu Raden Entol Anom alias Raden Ario Onggodiwongso, turunan pancer Adipati Sampang.
Ещё видео!