Mangrara Banua adalah kebiasaan masyarakat Toraja setelah menyelesaikan pembuatan tongkonan. Tradisi ini dilakukan beriringan dengan pembangunan rumah tradisional Toraja yang dikemas dalam bentuk upacara adat. Kegiatan diawali dengan pemasangan atap rumah yang dikenal dengan Mapadao para disertai dengan kurban 1 atau 2 babi yang lakukan sepanjang hari. Selanjutnya, dilakukan upacara syukuran selama tiga hari berturut-turut yang dikenal dengan Mangrara banua di tallung alloi.
Syukuran selama tiga hari berturut-turut ditandai dengan 3 aktivitas berbeda. Pada hari pertama dilakukan pemasangan atap-atap kecil (ma’tarampak). Pada hari kedua, semua keluarga datang berbondong-bondong dengan membawa makanan dan babi sebagai lauknya (ma’papa). Upacara syukuran ditutup dengan pemasangan bubungan tongkonan (ma’bubung).
Mangrara Banua adalah tradisi yang dilakukan masyarakat Toraja sebagai selamatan atas selesainya pembuatan banua barung-barung atau tongkonan. Dengan demikian, tradisi mangrara banua telah dilakukan oleh masyarakat Toraja sejak lama beriringan dengan pembangunan rumah tradisional Toraja, baik banua barung-barung ataupun tongkonan. Mangrara banua adalah tradisi selamatan atas selesainya pembangunan rumah baru. Kewajiban mangrara banua adalah tugas bagi seluruh keturunan dari tongkonan sebagai pengabdian terhadap tongkonan keluarga. Upacara mangrara banua terbagi atas empat tingkatan, yaitu: 1) mapadao para? yaitu pelaksanaan pemasangan atap rumah dengan kurban satu atau dua ekor babi sebagai lauk pauk, 2) mangrara banua disangngalloi. Ini dilakukan di mana seluruh keluarga tongkonan dengan membawa kurban babi dan makanan sebagai tanda selesainya pembangunan rumah. Upacara dilakukan sejak pagi hingga sore hari, 3) mangrara banua di talung alloi adalah upacara syukuran rumah yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Upacara mangrara banua di tallung alloi dilakukan dengan tingkatan acara, hari pertama dilakukan ma?tarampak yaitu pemasangang atap-atap kecil. Hari kedua disebut ma?papa atau allo matanna (hari puncak), dimana seluruh keluarga datang berbondong-bondong dengan membawa babi dan makanan, dan hari ketiga disebut ma?bubung sebagai tanda bahwa rumah sudah selesai dan akan dipasangkan bubungan tongkonan.
Ещё видео!