MetroTV, PEMILIHAN umum (Pemilu) 2024 mendatang barangkali boleh disebut sebagai pemilunya anak muda. Dengan jumlah anak muda dalam daftar pemilih yang sangat signifikan, merekalah kiranya yang akan menjadi penentu masa depan negeri ini melalui pilihan-pilihan mereka dalam bilik suara nanti.
Dalam unggahan foto di akun instagram resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), yakni @kpu_ri, pada Rabu (17/5), tergambar sangat jelas bahwa Pemilu 2024 akan dikuasai pemilih berusia muda. Dari total 205 juta pemilih dalam daftar pemilih sementara, generasi milenial mendapat hak suara tertinggi dengan 69 juta pemilih. Lalu, generasi Z menyumbang sekitar 47 juta pemilih.
Jika keduanya digabung dalam kelompok pemilih berusia muda, jumlahnya kurang lebih 116 juta pemilih. Itu sudah melebihi separuh dari jumlah total pemilih. Belum lagi bila ditambah dengan sebagian pemilih dari Generasi X yang masih bisa dimasukkan dalam kategori muda. KPU memperkirakan 60% dari seluruh pemilih pada Pemilu 2024 ialah generasi muda.
Dengan data dan fakta itu, siapa yang berani membantah hipotesa bahwa kaum mudalah yang bakal 'menguasai' dan menentukan hasil Pemilu 2024? Karena itu, sudah jelas dan pasti, suara mereka bakal menjadi rebutan para partai politik (parpol) peserta pemilu. Jika bisa memenangi hati kaum muda, jika bisa memberdayakan lumbung suara ini, kemenangan pemilu mungkin sudah di depan mata.
Namun, tentu tidak segampang itu menggaet suara anak muda. Kita tahu golongan generasi muda memiliki karakter, sikap, serta orientasi politik yang berbeda dengan generasi lain yang lebih tua. Dengan sebagian besar dari mereka tumbuh dan beranjak dewasa di era reformasi, daya kekritisan mereka lebih tinggi ketimbang generasi yang besar dan dewasa di zaman Orde Baru. Dengan begitu cara pendekatannya pun semestinya berbeda.
Mereka tidak hanya lebih melek teknologi, tapi secara umum juga semakin punya ketertarikan, kepekaan, sekaligus kritis terhadap isu-isu yang menjadi permasalahan dunia saat ini dan, khususnya, persoalan-persoalan di Republik ini. Mulai dari isu korupsi, demokrasi, ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, hingga perubahan iklim.
Di lapisan yang lain, memang banyak pula anak muda yang masih cenderung apatis, bahkan apolitis. Ada juga kaum muda yang memandang keterlibatan mereka dalam politik, sekalipun hanya sebagai pemilih dalam pemilu, sebagai opsi terakhir. Mereka condong menomorsatukan urusan gaya hidup dan kebebasan. Dalam benak mereka, politik yang kadang tak mengenal belas kasihan biarlah menjadi urusan orang tua.
Karena itu, dalam 'pertarungan' memperebutkan suara generasi muda, hendaknya parpol tidak asal berebut, apalagi masih memakai cara-cara lama yang mereka gunakan untuk menggaet suara generasi tua. Di kalangan anak muda yang punya daya kreasi dan imajinasi lebih tinggi, kampanye dan jargon usang jelas tidak laku.
Kiranya menjadi tanggung jawab parpol pula untuk meningkatkan literasi sekaligus ketertarikan anak muda terhadap politik. Jangan hanya memandang dan menjadikan mereka sebagai lumbung suara. Parpol dan elite politik seharusnya mengenalkan sebuah politik yang kekinian, yang kompatibel dengan anak muda.
Pun, ketika pemilu sudah usai dan parpol mampu mendulang suara dari mereka, aspirasi anak muda semestinya diwujudkan dalam kebijakan parpol maupun di lembaga-lembaga perwakilan. Keterlibatan generasi muda sudah sepantasnya dioptimalkan untuk mewujudkan sistem politik yang lebih segar, politik yang berorientasi pada pemerintahan bersih dan berintegritas.
#BedahEditorialMI #EditorialMediaIndonesia #BerebutSuaraKaumMuda
#Metrotv #topreviewmetrotv
-----------------------------------------------------------------------
Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
Website: [ Ссылка ]
Facebook: [ Ссылка ]
Instagram: [ Ссылка ]
Twitter: [ Ссылка ]
TikTok: [ Ссылка ]
Ещё видео!