Pura Luhur Pekendungan
Berkah Kemakmuran dan Diyakini Mampu Menanggulangi Hama Pertanian
Mungkin sudah banyak yang tahu keberadaan Pura Kahyangan Jagat yang satu ini. Berada di kawasan Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Pura Luhur Pekendungan memiliki letak yang cukup dekat dengan Pura Luhur Tanah Lot. Terkait kepercayaan, Pura Luhur Pekendungan selama ini diyakini merupakan pusat kemakmuran, dan memiliki kaitan erat dengan sistem pertanian di Bali, khususnya di Tabanan.
Berdasarkan Purana Pura Luhur Pekendungan, diceritakan pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir di Balidwipa Puri Gelgel, ada titah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diterima Ki Kaki Twa untuk membangun parahyangan (Pura) di tepi laut perbukitan Let. Setelah tiba di tepi laut perbukitan Let, Ki Kaki Twa memperoleh ciri-ciri tempat untuk membangun pemujaan penyiwian jagat. Pura itu dibangun di tepi laut selatan, atau di suatu kawasan suci yang terletak antaran laut dan dataran kemudian diberi nama Parahyangan Pekendungan.
Nama Parahyangan Pekendungan sendiri muncul berdasarkan pawisik Ida Bhatara yang memberi petunjuk, ketika Ki Kaki Twa merabas hutan kawasan itu. Dimana kala itu ditemukan batu rata seperti tikar, dinaungi pohon kendung. Namun ketika pohon kendung itu hendak ditebang penduduk, saat itulah muncul sabda yang menyatakan, di lokasi itulah merupakan dasar pura yang akan dibangun.
Dari sabda yang berkenan distanakan di pura itu, sampai kelak sebagai penjaga wilayah agar senantiasa selamat, negara makmur, dan pemerintahan stabil. Kemudian kehidupan penduduk tenang dan berumur panjang.
Keberadaan pura ini juga disebut berhubungan erat dengan keris Ki Baru Gajah yang saat ini distanakan di Puri Kediri, Tabanan. Keris ini merupakan pemberian Dang Hyang Dwijendra kepada Ki Bendesa Braban yang tiba di Bali pada tahun Isaka 1411. Pada saat kedatangan Dang Hyang Dwijendra ke Pulau kecil Let atau Tanah Lot para nelayan berdatangan, dan menghadap untuk memohon berkah dari beliau. Keesokan harinya tibalah beliau di Pura Luhur Pekendungan, yang dengan cepat didengar Ki Bendesa Braban. Mendengar kabar tersebut Ki Bendesa Brana langsung menghadap sang pendeta di pura tersebut.
Selanjutnya, sang pendeta menganugerahkan sepucuk keris yang keampuhannya dapat digunakan untuk membasmi berbagai jenis hama penyakit. Keris itu kemudian dikenal dengan nama Ki Baru Gajah, lantaran digunakan sebagai senjata untuk membinasakan I Bhuta Babuhung yang berkepala gajah dan berbadan manusia, dan sempat meresahkan krama Desa Pekraman Braban.
Selain itu, Danghyang Dwijendra juga menitahkan, agar keris tersebut diaturkan sesaji di Pura Luhur Pekendungan. Sebab keris itu dapat pula dipakai sebagai penolak hama segala tanaman petani. Tak heran, hingga kini setiap pujawali atau jika ada upacara tertentu, keris Ki Baru Gajah akan dipendak di Puri Kediri untuk selanjutnya dibawa ke Pura Luhur Pekendungan.
Tidak itu saja, atas petunjuk itu, selama ini jika ada hama yang menyerang kawasan pertanian di Tabanan atau yang dikenal dengan merana. Subak-subak tersebut biasanya akan menggelar serangkaian upacara di Pura Luhur Pekendungan guna memohon agar pertanian mampu diselamatkan. Tirta yang ditunas di Pura Luhur Pekendungan diyakini mampu menanggulangi keberadaan hama dan penyakit tanaman pertanian. Sehingga pertanian di Tabanan tetap subur dan masyarakatnya makmur.
Ещё видео!