Cerita Sam Pik—Ing Tay merupakan salah satu karya sastra Cina yang sangat populer di tanah air kita untuk masa lebih dari satu abad lamanya. Di Bali sendiri cerita Sam Pik—Ing Tay ini sangat populer. Sejak digubah pada tahun 1915, dan populer sebagai seni pertunjukan arja tahun 1930-an, dan sangat populer lewat pementasan Drama Gong Puspa Anom dari Banyuning pada dasa warsa 1970-an, cerita Sam Pik masih sangat populer hingga saat ini, khususnya di kalangan sekaa santi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sampai saat ini Cerita Sam Pik Ing Tay inilah merupakan satu-satunya pengaruh sastra Cina dalam kesusastraan Bali. Kenyataan ini cukup mengherankan, mengingat pengaruh kebudayaan Cina dalam kebudayaan Bali telah berlangsung sejak beberapa abad yang silam
Dalam versi Bali, cerita Sam Pik—Ing Tay telah disesuaikan dengan latar belakang sosial budaya Bali serta historis, khususnya dengan situasi di mana sekolah-sekolah modern sudah mulai banyak dibangun di seantero Bali, ketika Bali telah ditaklukkan seluruhnya oleh Belanda. Salah satu motif penulisan cerita Sam Pik—Ing Tay di tahun 1915 adalah mendorong orang-orang Bali untuk mau bersekolah.
***
*) IDG Windhu Sancaya, Dosen Fakultas Sastra Unud /04 Maret 2012 | BP
---------------------------------------------------------------------
The story of Sam Pik—Ing Tay is one of the most popular works of Chinese literature in Indonesia for more than a century. In Bali, the story of Sam Pik—Ing Tay is very popular. Since being composed in 1915, and popular as an Arja performance art in the 1930s, and very popular through the performance of the Drama Gong Puspa Anom from Banyuning in the 1970s, Sam Pik's story is still very popular today, especially among Sekaa Santi. . Based on the research conducted, until now the story of Sam Pik Ing Tay is the only influence of Chinese literature in Balinese literature. This fact is quite surprising, considering the influence of Chinese culture in Balinese culture has been going on for several centuries
In the Balinese version, the story of Sam Pik-Ing Tay has been adapted to the socio-cultural and historical background of Bali, especially to the situation where modern schools have begun to be built throughout Bali, when Bali was completely conquered by the Dutch. One of the motives for writing the story of Sam Pik—Ing Tay in 1915 was to encourage Balinese people to want to go to school. *** *)
IDG Windhu Sancaya, Lecturer of the Faculty of Letters Unud / 04 March 2012 | BP
~Dwala Gita
Ещё видео!