Kisah Nabi Daud Melawan Jalut dengan Katapel dan Batu Kerikil
ibalah di medan perang dan berhadapan dengan pasukan musuh. Banyak dari rombongan Thalut ketakutan karena melihat lawan mereka yang bertubuh kuat juga besar dilengkapi peralatan perang lengkap.
Tentara musuh dipimpin oleh panglima bernama Jalut yang terkenal berani, terlatih, dan tidak pernah kalah dalam peperangan. Setiap orang yang bertarung dengannya pasti akan terbunuh.
Dikatakan bahwa rombongan yang Jalut bawa pada kala itu sebanyak 8.000 orang, sementara pasukan Raja Thalut hanya 300 orang, di antaranya Nabi Daud AS.
Timbul rasa takut dan kecil hati di kubu Thalut. Sebagian golongan kecil yang setia pada Thalut tak gentar menghadapi Jalut dan tentaranya.
Sebab mereka berbekal tawakal dan iman kepada Allah SWT. Mereka bersedia mati untuk berjuang dan merampas kembali rumah serta tanah mereka.
Kelompok yang setia menyemangati kawan-kawannya itu, lalu berdoa kepada Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 250:
وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
Melawan Jalut dengan Katapel
Pertempuran dimulai, panglima Jalut dengan baju besinya keluar barisan dan menantang pasukan Thalut dengan mengajak bertanding satu lawan satu.
Namun, tidak seorang pun dari tentara Bani Israil yang keluar. Jalut mengejek dan menghina rombongan Thalut. Pasukan Bani Israil ketakutan dan bimbang menghadapi Jalut.
Mendengar kesombongan Jalut, Nabi Daud lupa akan pesan ayahnya agar tidak ikut berperang dalam barisan depan. Beliau menawarkan diri dan meminta izin kepada Raja Thalut untuk melawan Jalut.
Thalut merasa berat dan ragu-ragu, belum lagi Nabi Daud hanyalah seorang penggembala kambing yang bertubuh kecil dan bukan seorang prajurit.
Nabi Daud kemudian berkata kepadanya, "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia muda dan keadaan fisikku. Aku tahu, engkau ragu-ragu dan khawatir untuk melepaskan aku melawan Jalut. Ingatlah, bahwa yang menentukan kemenangan dalam pertarungan bukanlah hanya kekuatan fisik dan kebesaran badan belaka, yang lebih penting adalah keteguhan hati, keuletan bertempur, iman, dan kepercayaan kepada Allah SWT yang menentukan hidup mati bagi seorang hamba-Nya."
Akhirnya Thalut memberikan izin kepada Nabi Daud AS dan memberikan pedang, topi baja, dan zirah (baju besi) kepadanya. Namun, beliau enggan untuk memakainya karena alasan berat dan belum terbiasa menggunakannya.
Nabi Daud tidak memiliki pengalaman perang bahkan tidak punya pedang. Ia hanya membawa sebuah tongkat, beberapa buah batu kerikil, dan sebuah katapel untuk melemparkan batu-batu itu.
Melihat itu, Raja Thalut berkata kepada beliau, "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat, ketapel, dan batu-batu melawan Jalut yang bersenjatakan pedang, panah, dan pakaian perang yang lengkap?"
Nabi Daud menjawab, "Tuhan yang telah melindungiku. Taring singa dan kuku beruang juga akan melindungiku dari sabetan pedang dan panah Jalut yang durhaka itu."
Beliau keluar dari barisan Bani Israil dan berjalan menuju Jalut. Melihat Nabi Daud yang hanya seorang pemuda dan tidak bersenjatakan pedang, tidak mengenakan topi baja dan zirah. Jalut berkata,
"Untuk apa tongkat yang engkau bawa itu? Untuk mengejar anjing atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedang dan zirahmu? Rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati, padahal engkau masih muda. Engkau belum merasakan suka-dukanya kehidupan. Engkau masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini! Aku akan habiskan nyawamu dalam sekejap mata. Dagingmu akan kujadikan makanan yang lezat bagi binatang- binatang di darat dan burung-burung di udara."
Atas izin Allah SWT, pada lemparan batu kedua dan ketiga, Jalut lalu terjatuh. Ia tersungkur di atas tanah dan mengembuskan nafasnya yang terakhir. Matinya Jalut membuat tentaranya mundur dan lari karena dikejar oleh rombongan Thalut.
Sebagai imbalan telah mengalahkan Jalut, Nabi Daud dijadikan menantu oleh Raja Thalut. Ia dinikahkan dengan putrinya, bernama Mikyal. Sesuai janji Thalut bahwa putrinya akan dinikahkan dengan orang yang bisa mengalahkan Jalut.
Ещё видео!