www.bioztv.id - Sebanyak 119 warga Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Trenggalek, masih bertahan di dua lokasi pengungsian setelah tanah gerak dan longsor melanda wilayah mereka. Aktivitas keseharian di pengungsian menggambarkan perjuangan untuk tetap bertahan hidup di tengah keterbatasan fasilitas dan trauma mendalam.
Menurut Sekretaris Desa Ngrandu, Agung Sutrisno, banyak pengungsi yang sehari-harinya adalah petani dan peternak menghadapi berbagai tantangan baru.
“Warga di Posko Kedua, misalnya, harus bolak-balik mengurus ternak yang mereka titipkan ke warga lain. Sementara itu, di Posko Pertama, sebagian besar ternak sudah dijual dengan harga murah karena kondisi mendesak,” ungkapnya, Rabu (24/12).
Dua posko utama telah didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek. Posko pertama di RT 17 kini menampung sekitar 60 orang, sementara Posko Kedua di lapangan Ngiling, RT 18, menjadi tempat tinggal sementara bagi 59 pengungsi.
"Lokasi posko dipilih untuk mempermudah akses warga, terutama mereka yang berada di dekat area rawan," ujar Agung.
Rutinitas dan Pemulihan Mental
Di tengah keterbatasan, pengungsi berusaha menjalani rutinitas seperti biasa. Warga di Posko Kedua, misalnya, masih mencari rumput untuk pakan ternak di pagi hari. Mereka juga masih mengunjungi ladang mereka sebelum kembali ke posko pada siang atau malam hari.
“Kemarin ada kegiatan pembinaan pemulihan mental bagi pengungsi. Ini sangat membantu," jelas Agung.
Untuk kondisi pengungsi di Posko Pertama, saat ini aktivitas warga lebih tertata dibandingkan Posko Kedua.
"Pendampingan oemulihan mental sangat penting untuk mengembalikan semangat mereka,” Imbuh Agung.
Selain itu, layanan kesehatan juga menjadi perhatian utama. Sejauh ini, meski beberapa pengungsi mengalami batuk dan pilek, kondisi kesehatan secara umum tetap terkendali
"Berkat kehadiran petugas kesehatan yang siaga di lokasi, kesehatan pengungsi bisa tertangani dengan baik," ungkapnya.
Trauma yang Membayangi
Bencana tanah gerak ini bermula saat hujan lebat mengguyur Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Trenggalek pada Minggu malam, 15 Desember 2024. Pergerakan tanah yang terus terjadi memaksa warga meninggalkan rumah mereka. Hingga kini, trauma mendalam membuat sebagian besar pengungsi tidak mau lagi kembali ke tempat tinggal asal mereka.
“Kehilangan tempat tinggal dan harus menjual ternak dengan harga murah adalah beban berat bagi warga, tambah Agung.
Pemulihan wilayah terdampak dan kehidupan warga Desa Ngrandu kini menjadi fokus berbagai pihak. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, relawan, dan masyarakat, harapan untuk bangkit kembali tetap terjaga.
"Kami berharap terus adanya pendampingan, dan solusi jangka panjang, sehingga mereka bisa segera pulih, baik secara fisik maupun mental,” pungkas Agung.(CIA)
#TanahGerak #TanahLongsor #Pengungsi
Ещё видео!