TRIBUN-VIDEO.COM - Beragam kuliner khas Klaten tidak lengkap rasanya jika Tribuners belum mencoba camilan atau jajanan unik satu ini, yaitu Kepelan atau biasa disebut Kepel.
Kepelan adalah camilan khas dari Desa Keden, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Bahan dasarnya pun sangat sederhana, yakni hanya terdiri dari tepung terigu, bawang merah, bawang putih, garam, air dan sedikit penyedap rasa.
Semua bahan di haluskan dan dicampur hingga menjadi sebuah adonan.
Kemudian adonan itu baru di goreng kecil-kecil dengan cara mengambil adonan dengan menggunakan tangan dan dikepalkan.
Sebab itulah, makanan ini disebut kepelan, yang dalam bahasa Indonesia diartikan kepalan tangan.
Hal itu karena cara membuatnya cukup adonan itu dibentuk dengan mengepalkan tangan.
Kepelan akan lebih nikmat saat dikonsumsi ketika masih hangat ditambah dengan cocolan saos, berupa saos sambal, tomat, kacang atau bisa disesuaikan dengan selera Tribuners.
Jika mampir ke Dukuh Ciro, Desa Keden, Kecamatan Pedan, Klaten, Tribuners bisa mampir ke salah satu warung penjual kepelan milik Mbah Suwarni (63).
Mbah Suwarni mengaku, jika sudah menggeluti olahan makanan berbahan dasar tepung terigu itu sejak 37 tahun yang lalu.
Dia menceritakan, jika sebelum berjualan di rumah, dahulu sempat berjualan di Pasar Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten selama 15 tahun.
Mbah Suwarni mengatakan, 22 tahun kemudian dirinya memutuskan pindah untuk berjualan di rumah karena saat itu memiliki momongan.
Berbeda dengan dulu, kini dalam sehari, Suwarni hanya bisa menghabiskan 25 kilogram tepung terigu saja.
Namun, pada tahun 2000-an, Mbah Suwarni bisa menghabiskan 25 sak atau sekira dua setengah kwintal tepung terigu.
"Kalau dulu waktu rumah saya masih dari bilik bambu, saya bisa menghabiskan 25 sak tepung terigu (dua setengah kwintal) itu sekitar tahun 2000-an," ungkapnya.
Dia menceritakan, jika jajanan ini bisa dinikmati sepanjang hari.
Bahkan, kuliner legendaris ini semakin pas ditemani dengan minuman hangat seperti teh atau kopi.
Tak hanya dari dalam kota Klaten saja, banyak pembeli dari luar kota yang singgah di warung sederhana miliknya.
"Kalau yang beli dari beberapa kecamatan di Klaten, terus dari Jogja dan Solo juga ada, bahkan dari Jakarta sempat beli kesini tapi minta digoreng setengah mateng, biar nanti bisa digoreng lagi di sana," ungkap wanita paruh baya itu.
Diketahui, Mbah Suwarni mulai membuka lapaknya sekira pukul 09.00 sampai 24.00 WIB.
Harganya pun juga sangat terjangkau, mulai harga Rp 10 ribu saja, Tribuners sudah bisa menikmatinya.
Satu di antara pelanggan setianya yakni Rita (23) asal Kecamatan Trucuk mengaku sudah dari kecil menjadi pelanggan kepelan Mbah Suwarni.
Meski sehari-hari dirinya bekerja di Solo, namun setiap seminggu sekali dirinya pulang dan pasti menyempatkan untuk membeli jajanan khas Desa Keden ini.
"Saya udah dari kecil jadi pelanggan disini, walaupun sehari-hari saya di Solo, tapi kalau pas pulang saya mampir untuk beli cemilan disini," ungkapnya.
Rita mengatakan, jika camilan itu biasa dinikmati saat berkumpul bersama temannya.
"Kalau biasa ngumpul sama temen cemilannya ini, nanti minumnya bisa pakai es atau hangat sesuai selera," pungkasnya.
Wah, menarik untuk dicicipi ya Tribuners.
Selamat Mencoba!
(Tribun-Video.com/TribunSolo.com)
Ещё видео!