TRIBUN-VIDEO.COM - Diketahui peristiwa pembunuhan enam jenderal dan satu perwira itu terjadi karena Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Bertahun-tahun, sekolah mengajarkan peristiwa itu adalah kudeta atau pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Diketahui peristiwa pembunuhan enam jenderal dan satu perwira itu terjadi karena Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Dalam kesaksiannya, Latief mengatakan penculikan para jenderal adalah inisiatifnya bersama rekan-rekannya sesama perwira militer, yakni Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa) dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
Rapat persiapan dilakukan sampai sepuluh kali. Lokasinya berganti-ganti, yaitu di rumah Sjam, Kolonel Latief, atau kediaman Kapten Wahyudi. Dalam rencana itu, ada Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
Daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.
Sasaran operasi terbatas PKI baru ditentukan pada 26 September 1965.
Tim pelaksana menentukan ada 10 tokoh antikomunis yang harus "diamankan".
Daftar nama-nama tokoh yang rencananya menjadi sasaran G30S adalah:
Jenderal TNI AH Nasution
Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
Mayor Jenderal Raden Soeprapto
Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
Mayor Jenderal Siswondo Parman
Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo
Wakil Presiden Mohammad Hatta
Wakil Perdana Menteri III Chairul Saleh
Jenderal Soekendro
Namun Ketua Central Committee (CC) PKI, DN Aidit mencoret tiga nama terakhir.
Julius Pour mencatat dalam buku G30S, Fakta atau Rekayasa? (2013), operasi penculikan di bawah Untung direncanakan secara serampangan.
Banyak yang akan dilibatkan, tak jadi datang. Jumlah pasukan kurang dari 100 personel, jauh dari yang diharapkan mampu memantik revolusi. Yang berikutnya terjadi persis yang dikhawatirkan Untung. Penculikan berubah jadi serangan berdarah.
Pukul 03.30, anggota Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Sersan Kepala Bungkus mengingat pasukannya yang terakhir diberangkatkan dari Lubang Buaya.
Ia khawatir, alokasi 15 sampai 20 menit untuk meluncurkan penculikan Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal (Letjen) Ahmad Yani, tak akan cukup.
"Saya sendiri berpikir kok hanya 20 menit, peluangnya pasti singkat sekali? Meski begitu saya tidak lupa. Perintahnya jelas, saya mendengar langsung dari Letnan I Abdul Arief, '...tangkap sasaran, hidup atau mati'," kata Bungkus.
Letnan Dua Arief mengaku instruksi itu datang dari Sjam. Sjam menginstruksikan bila mengalami kesulitan menghadapi para jenderal diambil hidup atau mati.
Sesampai di kediaman Yani di Jalan Lembang, Menteng, Jakata Pusat, Bungkus dan rekan-rekannya segera meminta Yani ikut dengan alasan akan dibawa ke hadapan presiden.
Yani pun meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian.
Bungkus dan rekan-rekannya menolak permintaan itu dan marah.
Yani menampar salah satu prajurit dan mencoba menutup pintu rumahnya.
Salah satu prajurit melepaskan tembakan, dan mengenai Yani hingga membunuhnya.
Di kediaman Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution juga menerima tembakan dari Tjakrabirawa.
Akibatnya, anaknya Ade Irma Suryani dan ajudannya Pierre Tendean mati.
Sedangkan Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Memasuki fajar, seluruh pasukan G30S kembali ke Lubang Buaya.
Wakil Komandan Satgas Pringgodani Mayor (Udara) Gatot Soekrisno kebingungan ketika para prajurit menurunkan empat orang yang terikat dan ditutup matanya, serta tiga mayat.
Padahal, Letkol (Inf) Untung Samsoeri mengatakan, "...tangkap mereka, akan kita hadapkan kepada Paduka Yang Mulia (Soekarno)."
Gatot bingung apa yang akan dihadapkan ke Presiden jika sasaran sudah meningal.
"Saya segera menghubungi Mayor (Udara) Soejono, Komandan Satgas Pringgidani di Cenko I, minta petunjuk, bagaimana menangani kondisi baru yang menyimpang dari skenario awal tersebut," kata Gatot.
Siang itu, eksekutor G30S akhirnya mengumumkan penangkapan dan pembunuhan yang telanjur terjadi.
RRI menyiarkan pengumuman soal ditangkapnya sekelompok orang yang disebut Dewan Jenderal.
Penangkapan dilakukan oleh Dewan Revolusi yang mencegah tindakan Dewan Jenderal yang ingin mengkudeta Presiden Sukarno.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kisah Sebenarnya, Kenapa PKI Membunuh 6 Jenderal dan Satu Perwira pada 30 September 1965, [ Ссылка ].
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Iksan Fauzi
Ещё видео!