BANJARNEGARA, KOMPAS.TV - Awal pandemi Covid-19 menjadi pukulan berat bagi semua perajin, salah satunya Ayundita Dyah Pratama Putri.
Bulan Maret 2020 adalah masa yang sulit bagi Ayundita Dyah Pratama Putri, warga Kelurahan Semarang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia diberhentikan dari pekerjaannya akibat pandemi Covid-19. Tidak ingin larut dalam kekecewaan, Ayundita Putar otak agar tetap bisa memiliki penghasilan di masa krisis pandemi Covid-19. Ia pun mulai membuat makrame.
Makrame adalah kerajinan tangan yang dibuat dari benang yang simpul menyimpul. Kerajinan yang membutuhkan ketekunan ini membuat rumah terlihat cantik dan menarik.
Dari tangan terampil Ayundita, bisa dihasilkan kerajinan makrame seperti hiasan dinding, rak gantung hingga taplak meja. Makrame ini dipasarkan secara daring dan dijual dengan harga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu. Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial, kerajinan makrame ini tidak hanya dipasarkan di sejumlah kota di Indonesia, namun juga dikirim ke Amerika Serikat.
"Awal ada korona saya terdampak efek itu, saya ter PHK, barulah saya fokus membuat makrame ini. Berawal dari bikin kecil-kecil, bikin gantungan kunci, terus hiasan dinding yang kecil-kecil. Semakin ke sini semakin banyak sekali reques, sampai ada yang minta dibikinkan yang lebih besar," kata Ayundita.
Dengan ketekunan dan semangat bangkit di masa krisis, bisnis kerajinan makrame ini berhasil menyelamatkan Ayundita dari dampak pandemi. Ke depan, Ayundita berharap bisa mengembangkan bisnisnya agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk orang lain.
#kerajinanmakrame #banjarnegara #covid-19
Artikel ini bisa dilihat di : [ Ссылка ]
Ещё видео!