Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUN-VIDEO.COM, TAMBUN SELATAN - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengunjungi Gedung Juang Tambun, di Jalan Sultan Hasanudin, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Selasa, (26/3/2019).
Kedatangannya ke Gedung Juang Tambun merupakan permintaan dari Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bekasi Eka Supri Atmaja utuk sama-sama meninjau langsung dan melihat kondisi gedung bersejarah tersebut.
Namun kedatangan Dedi Mulyadi ke Gedung Juang Tambun di sambut bau kampret atau kelelawar yang menyengat, hewan nokturnal itu memang telah lama menjadi hama dan memenuhi atap bangunan.
Kunjungan Dedi Mulyadi kali ini merupakan perminataan Plt Bupati Bekasi Eka Supri Atmaja yang memintanya memberikan saran dan masukan terkait rencana menata kawasan Gedung Juang sebagai pusat kebudayaan dan sejarah Kabupaten Bekasi.
Pantauan TribunJakarta.com, Eka dan Dedi Mulyadi meninjau langsung tiap sudut bangunan, sesekali nampak mantan Bupati Purwakarta itu memberikan masukan terkait pemugaran yang nantinya akan dilakukan Pemkab Bekasi.
"Ini (Dedi Mulyadi) sahabat saya, saya pengen meminta masukan, karena memang kami Pemkab Bekasi ingin sekali menjadikan Gedung Juang ini sebagai pusat kebudayaan Bekasi," kata Eka.
Terkait hama keberadaan kampret yang mendiami Gedung Juang Tambun, Plt Bupati Bekasi Eka menjelaskan, pihaknya akan segera memebrsihkan sebelum melakukan penataan agar tidak menggangu pengunjung yang hendak menikmati bangunan bersejarah tersebut.
"Nanti akan kita bersihkan, memang kelelawar (kampret) ini sudah lama ya, gedung ini tidak terawat dengan baik, tapi setelah kita rubah barang kali akan jauh berbeda dan akan lebih baik," jelas dia.
Mulyasarma Kartwijaya dari Sanggar Pejuang, penggiat seni dan budaya yang biasa menempati sekaligus relawan Gedung Juang mengatakan, kondisi bangunan bersejarah ini telah rusak, terutama di bagian langit-langit atau flavon lantai dua.
Kerusakan kata dia disebabkan akibat tumpukan kotoran kampret yang memenuhi atap Gedung Juang Tambun. Selain menimbulkan kerusakan, keberadaan kotora kampret juga membuat udara di kawasan gedung tercium aroma tidak sedap.
Kerusakan paling parah terdapat di sejumlah langit-langit gedung tepatnya di ruang utama lantai dua. Tumpukan kotoran kampret terlihat berserakan dan triplek langit-langit bangunan juga roboh akibat tidak lagi mampu menahan beban kotoran yang makin lama makin menunpuk.
"Kalau saya udah kebal, udah biasa cium bau kotoran kampret, tapi kalo orang lain belum tentu kuat bau begini," jelas dia. (*)
Ещё видео!