Begini Suasana Kepanikan Para Pentolan G30S PKI Saat RPKAD Mulai Memasuki Kawasan Halim
Begini suasana kepanikan para pentolan G30S PKI saat RPKAD mulai memasuki kawasan Halim. Suasana kepanikan dan kebingungan para pentolan G30S PKI itu digambarkan Brigjen Soepardjo dalam catatannya yang kemudian diikutip oleh Victor M Fic dalam bukunya,"Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi."
Seperti diketahui, pada pagi hari, 2 Oktober 1965, pasukan RPKAD mulai memasuki kawasan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Pasukan elit TNI Angkatan Darat pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo ini diperintahkan Pangkostrad saat itu Mayjen Soeharto untuk menguasai Halim.
Oleh Soeharto, kawasan Halim ini dianggap dijadikan basis komando kelompok G30S PKI yang melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal pimpinan teras Angkatan Darat awal Oktober 1965. Maka, pasukan RPKAD pun diperintahkan untuk membersihkan dan menguasai Halim dibantu oleh pasukan Batalyon Infanteri 328 Para Kujang dari Kodam Siliwangi.
Seperti diketahui, ketika Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, Komandan RPKAD akan memasuki kawasan Halim lewat jalur Pondok Gede, terlibat kontak tembak dengan pasukan Batalyon Infanteri 454 Banteng Raiders Kodam Diponegoro yang kala itu dipimpin oleh Wakil Komandannya Kapten Kuntjoro. Pada tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Yon 454 ini sebelumnya sempat dikonsentrasikan di sekitar Istana bersama dengan pasukan Yon 530 dari Kodam Brawijaya.
Tapi pasukan Yon 530 memilih bergabung ke Kostrad setelah diultimatum Mayjen Soeharto. Lain halnya dengan pasukan Yon 454 yang memilih hengkang ke kawasan Halim, meski Wakil Komandannya Kapten Kuntjoro sempat menghadap Mayjen Soeharto dan diberi ultimatum yang sama agar merapat ke Kostrad. Di sekitar kawasan Halim inilah, pasukan Yon 454 terlibat kontak tembak dengan pasukan RPKAD yang mengawal Kolonel Sarwo Edhie yang akan memasuki Halim.
Nah, menurut Victor M Fic dalam bukunya,"Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi," ketika terdengar bunyi serentetan tembakan dari lokasi kontak tembak, para pentolan G30S PKI sedang ada di daerah Lubang Buaya. Para pentolan G30S PKI itu antara lain Sjam, Supardjo, Latief, Sujono, Untung Syamsuri dan lain-lainnya. Pagi itu mereka menggelar rapat darurat. Suasana rapat itu digambarkan Brigjen Soepardjo dalam catatannya yang kemudian dikutip ulang Victor M Fic dalam bukunya.
"Sementara itu, semua slagorde G30S telah berkumpul di Lubang Buaya. Disana sini mulai terdengar tembakan dari RPKAD yang mulai mencari kontak
tembakan," kata Soepardjo dalam catatannya.
Kala itu, menurut Soepardjo, Sjam, Untung dan lainnya memulai rapat untuk menentukan sikap. Dalam rapat itu, juga hadir Komandan Yon 454 dari Jateng beserta anggota batalyonnya. Hadir juga Komandan Yon 530 dari Kodam Brawijaya yang datang tanpa pasukan. Di Lubang Buaya juga masih ada sekitar 1500-an para sukarelawan.
"Kurang lebih seribu lima ratus sukwan jug dilatih di Lubang Buaya melihat situasi yang gawat ini tidak ada pilihan lain bertempur mati-matian atau cepat menghilang, menyelamatkan diri," tulis Soepardjo dalam catatannya.
Tapi, menurut Soepardjo, diskusi berdjalan lama tanpa keputusan. Akhirnya ia menyarankan agar seluruh komando diserahkan kepadanya, dan nanti bila situasi telah dapat diatasi, wewenang akan diserahkan kembali kepada Letkol Untung.
"Kawan Untung tidak setuju, karena bertempur terus menurut pendapatnya sudah tidak ada dasar politiknnya lagi. Apa yang dimaksud dengan kata-katanya itu, kami tidak begitu mengerti," kata Soepardjo dalam catatannya.
Kata Soepardjo, sementara Sjam diam saja tidak memberikan reaksi atas usulnya. Kemudian kata Soepardjo lagi, ia mendesak agar segera diambil keputusan. Bila terlambat nanti, maka semua akan terjepit dalam suatu sudut dimana tidak ada pilihan lain, melawan pun hancur dan lari pun hancur. Karena posisi G30S, kata Soepardjo dalam catatannya, pada waktu itu sudah labil.
"Kemudian rapat memutuskan memberhentikan pertempuran dan setiap kawan diperintahkan kembali ketempat asal mereka masing-masing, dalam keadaan yang serba terlambat ini kemudian kami kami ambil inisiatif untuk menyelamatkan kawan pimpinan Sjam dan masuk ke kota Jakarta," kata Soepardjo dalam catatannya.
![](https://s2.save4k.org/pic/Y5YgkyEZRbc/maxresdefault.jpg)