Kendati disebut bangunan pemujaan, hingga kemarin belum diketahui pasti candi ini digunakan atau dibangun dengan latar agama apa, apakah Hindu, ataukan Budha. “Kita mencoba untuk mencari analogi yang akhirnya kemarin mengarah kepada Budha, namun data dukungnya masih minim sehingga belum bisa ditentukan latar belakang keagamaan,” lanjutnya.
Misteri ke dua, adalah arah hadap candi yang hingga kini belum bisa diketahui. Hal itu, lantaran ciri candi di situs Mbah Blawu ini dinilai arkeolog tak lazim, yakni tak memiliki struktur trap tangga naik. Padahal, umumnya pada bangunan pemujaan, biasanya ada trap tangga menuju gerba graha atau ruang utama pada candi. “Candi ini tidak ada tangga naiknya. Kita hanya berasumsi, memang candi ini tidak untuk dinaiki, semoga saja ada data pendukung lain nantinya,” tambah Pahadi.
Misteri ketiga, adalah fungsi empat sayap candi yang membentuk pola Huruf T. Dari diskusi dan kajian awal, Pahadi menyebut sayap ini bukanlah relung atau bilik. Ruangan di tengah huruf T itu, harusnya terisi tanah. Tapi apa fungsinya, hal itupun tak pernah diketahui. “Pola keluar ini bukan bilik, dia kemungkinan tetap terisi dengan tanah. Apakah fungsinya ada tersendiri, ini belum terjawab, kami masih melakukan penelitian, karena polanya seluruhnya sama,” tambahnya.
Misteri lainnya, adalah periodesasi pembangunan candi ini. Ya, hingga kemarin, tim peneliti tak menemukan jejak goresan atau catatan apapun terkait bangunan kuno ini. Satu-satunya yang bisa jadi petunjuk, adalah ukuran batu bata penyusunnya saja.
“Periodesasi kita nggak berani jawab karena spekulasinya terlalu besar. Karena hanya berdasarkan dimensi bata. Jadi kemungkinan memang di pra-Majapahit. Cuman eranya kita belum tahu, abad ke-9 kah, abad ke-10 atau
recomendasi vidio lainya
.[ Ссылка ]
.[ Ссылка ]
Ещё видео!