Sejarah Terjadinya Perang Belo, pada zaman dahulu.
Musuh Belo atau yang dikenal dengan Perang Belo, terjadi sekitar tahun 1890. Diawali dengan adanya pembagian daerah kewarisan dari Kedatuan Soppeng dengan tiga keluarga keturunan pada waktu itu, yang mana terdiri dari kekuasaan daerah. yang pertama, yaitu, Daerah Arung Ganra. kedua, daerah Arung Belo. ketiga, daerah Datu Mari-mari.
Dengan daerah segitiga perbatasan sungai Belo, sebelah barat adalah daerah Arung Ganra, dan sebelah timur adalah daerah Arung Belo, sebelah selatannya lagi, itu daerah kekuasaan Datu Mari-mari.
Pada waktu itu, Arung Ganra dan Arung Belo mempunyai niat tidak baik kepada Datu Mari-mari karena keduanya mau merampas daerah kekuasaan Datu Mari-mari secara paksa, dan tujuannya untuk tempat atau perumahan.
Maka Datu Mari-mari tidak menyetujui permintaan tersebut dengan alasan bahwa, seluruh pembahagian daerah kewarisan yang telah ditetapkan dan ditentukan oleh datu soppeng disalassa e, dan itu tidak bisa dirubah.
Jadi, Pada waktu itu, timbullah huru-hara terhadap Datu Mari-mari antara Arung Ganra dan Arung Belo di daerah perbatasan Belo dan Mari-mari.
Dan terjadilah perang, yang merupakan perang bugis yang sangat dahsyat di tanah bugis. Antara keluarga masing-masingpun tidak dapat saling dipisahkan, dan dari hari ke hari ribuan korban nyawa karena peperangan ini.
Pada waktu itu, Arung Ganra dan Arung Belo meminta bantuan kepada keluarganya dari Sidenreng. Sepanjang perang berkecamuk bertebaran dan bergelimpangan mayat dimana-mana disekitar daerah itu.
Dari hari ke hari, Datu Mari-mari juga meminta bantuan kepada keluarganya mulai dari keluarga, Arung Appanang, Arung Galung, Arung Macanre, Arung Baringeng, dan Arung Talagae hingga keluar jauh ke kerajaan Bone.
Setelah menghubungi keluarganya di kerajaan Bone maka diketahuilah oleh keluarga Petta Ponggawae diBone, maka diperintahkanlah anaknya yang bernama Andi Baso Pagiling atau yang dikenal dengan nama Andi Abdu Hamid.
Pada waktu itu, Andi Baso Pagiling memimpin pasukan pemberangkatan pertama ribuan orang Bone menuju di kerajaan Soppeng, tepat tiba di kampung Appanang selanjutnya berjalan menuju ke daerah Mari-mari untuk langsung berperang antara kelompok orang Ganra bersama orang Belo dengan menggunakan tombak, parang, dan mereka saling pukul-memukul, yang dalam arti bahasa bugis, silanro-lanro.
Yang memimpin perang pada saat itu adalah, Andi Cubbe Arung Galung, Baso macanre, Arung Lompengeng, Arung Baringeng, Arung Talaga.
tempat yang paling sengit dilakukannya pertempuran pada waktu itu adalah, Laballiliq.
Dan pertempuran tersebut belangsung selama 3 hari 3 malam.
Selama peperangan itu berlangsung, Tidak ada yang ingin terkalahkan, dan sementara perang sedang berkecamuk, timbullah pemikiran busuk dari Arung Ganra untuk berangkat menuju ke istana datu Soppeng untuk menghadap kepada Datu Soppeng.
Dihadapan Datu Soppeng, ia menjelaskan bahwa perang yang sementara berlangsung selama tiga hari tiga malam ini semakin sangat sengit karena tidak ada yang ingin terkalahkan.
Dan datu Soppeng pun lalu memberikan perintah kepada Arung Ganra untuk kembali ke Ganra untuk menyampaikan pesan, bahwa besok lewat tengah hari atau dengan bahasa bugis. pajapi lesang matanna essoe., barulah datu Soppeng datang disekitar tempat peperangan itu untuk menghentikan perang sengit yang sedang terjadi, dan menyelesaikan perang kedua belah pihak.
Keesokan harinya, datanglah datu Soppeng di tempat itu dan dipanggillah kedua belah pihak tersebut. Lalu datu Soppeng pun akhirnya mengeluarkan keputusan atau menghentikan peperangan keduanya.
datu Soppeng mengatakan, sekarang waktunya telah lewat tengah hari atau paajani lesang matannna essoe.
Kedua belah pihak pun menghentikan perang yang terjadi, dan kembali ke daerah kekuasaannnya masing-masing.
Ещё видео!