#BATAM #kompas #PulauNatuna #Riau
Sejak 2019, kehadiran kapal China ter konsentrasi di perairan sebelah timur laut Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Nelayan tradisional di Natuna berharap kapal-kapal patroli Indonesia disiagakan di lokasi tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, Aliansi Nelayan Natuna mendokumentasikan pergerakan kapal-kapal asing di Laut Natuna Utara (LNU) dalam bentuk video. Selain itu, nelayan tradisional juga mencatat koordinat lokasi tempat mereka sering bertemu kapal-kapal asing.
"Saya selalu mengingatkan teman-teman nelayan di Natuna untuk mengambil video apabila bertemu kapal asing atau kapal lain yang mencurigakan. Kami berharap itu bisa membantu pemerintah dan aparat untuk mengawasi LNU," kata Ketua Aliansi Nelayan Natuna Hendri, Rabu (14/9/2022).
Pada 2019-2022, sedikitnya empat kali kapal China tertangkap video sedang hilir mudik di LNU: Pertama, akhir 2019, nelayan dikejutkan konvoi kapal ikan China yang dikawal kapal penjaga pantai (China Coast Guard/CCG) untuk menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Kedua, nelayan Natuna memergoki kapal perusak China, Kunming-172, 13 September 2021. Saat itu, Kunming-172 berlayar di LNU dengan didampingi lima kapal China lain. Pada Agustus-Oktober 2021, kapal riset China, Haiyang Dizhi Shihao 10, juga terpantau mondar-mandir di LNU. Selama di Natuna, kapal itu dikawal bergantian oleh kapal CCG-4303 dan CCG-6305.
Terakhir, nelayan asal Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, Dedi (38), merekam video pergerakan kapal CCG-5403. Kapal penjaga pantai China itu bermanuver untuk memutar haluan kapal nelayan Natuna. ”Kalau kapal China hanya kelihatan di koordinat antara 5 dan 6 derajat Lintang Utara dan 109 derajat Bujur Timur. Mereka tak pernah tampak di lain tempat,” kata Dedi.
Peneliti dari Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Imam Prakoso, mengatakan, pergerakan kapal-kapal China di timur laut Pulau Natuna itu memperlihatkan upaya China menegaskan klaim sembilan garis putus-putus (nine-dash line). ”Dengan semakin kuatnya dominasi China di kawasan Laut China Selatan (LCS), upaya menarget nine-dash line di LNU menjadi lebih mudah. Kapal-kapal China bisa hadir di LNU dengan tingkat endurance yang tinggi,” ujar Imam.
Hal itu pernah terjadi setahun lalu. Kapal riset China, Haiyang Dizhi Shihao 10, hilir mudik di LNU. Kapal itu pertama kali terpantau beroperasi di LNU, akhir Agustus 2021. Kapal sempat pergi, 29 September 2021, tetapi hanya untuk mengisi ulang perbekalan di gugusan karang Fiery Cross, LCS. Kapal kembali lagi ke LNU, 4 Oktober 2021, dan beroperasi lagi hingga 29 Oktober 2021.
Meskipun kehadiran kapal-kapal China kian intens, nelayan Natuna tetap bertahan. ”(Rasa) takut itu tetap ada, tetapi aku lebih takut anak bini aku kelaparan,” kata Dedi.
![](https://s2.save4k.org/pic/ZGtIjNpGhEE/maxresdefault.jpg)