Suatu kebanggaan dari beragam Kesenian Daerah yang ada di Indonesia salah satunya Kesenian Jaranan atau Kuda Lumping.
Jaranan pada zaman dahulu adalah selalu bersifat sakral. Maksudnya selalu berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya gaib. Selain untuk tontonan dahulu jaranan juga digunakan untuk upacara-upacara resmi yang berhubungan dengan roh-roh leluhur keraton. Pada zaman kerajaan dahulu jaranan sering kali ditampilkan di keraton.
Dalam praktik sehari-harinya para seniman jaranan adalah orang-orang abangan yang masih taat kepada leluhur. Mereka masih menggunakan danyangan atau punden sebagai tempat yang dikeramatkan. Mereka masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap roh-roh nenek moyangnya. Mereka juga masih melaksanakan praktik-praktik slametan seperti halnya dilakukan oleh orang-orang dahulu.
Dalam kesenian Tari ini sangat kental dengan unsur dan nilai spiritualnya, Sehingga tidak jarang pada saat pertunjukan para penari mengalami trance atau kesurupan / kerasukan. Seni Jaranan biasanya menampilkan beberapa adegan dari awal pementasan mulai penampilan Perang Celeng (Prabu Celeng Srenggi), Tari Bujang ganong / Ganongan / Patih Pujonggo anom Prabu Kelono sewandono biasanya dibarengi banyolan aksi lucu kocak , Aksi Kucingan Macan Kumbang & Ketekan dibarengi Banteng Suro / Bantengan Gedrug / Kewan Alas, Rampokan dan Rampak Singo Barong / Simo Barong. Adapun banyak Paguyuban kesenian jaranan yang ada dan sudah dikenal luas Mulai dari Paguyuban Kesenian Jaranan: ROGO SAMBOYO PUTRO / RSP 1289, MAYANGKORO ORIGINAL / LGE 23, LEGOWO PUTRO, SAMBOYO PUTRO, PANDOWO PUTRO dan masih banyak Paguyuban Kesenian Jaranan Lain.
Disini kami akan berusaha menyajikan penayangan siaran langsung atau live streaming maupun virtual melalui editing dari pertunjukan kesenian jaranan dari berbagai Paguyuban Kesenian diberbagai wilayah Indonesia dan di Jawa Timur khususnya. Agar supaya Kesenian & Kebudayaan kita tetap lestari dan lebih dikenal luas.
Ing pangajab JoyoJayaning Wijayanti Li ring sambi kolo mugio budoyo jawi lestari joyo sak lamiyo. Nuwun
EYANG JAWI “ Mangun Karso Luhuring Budoyo “

свернуть