Indonesia adalah negeri kepulauan dengan pusparagam kehidupan. Kebaharian telah menjadi tradisi warganya sejak ribuan tahun silam. Dari perahu pencalang di Selat Malaka sampai kole-kole di ujung timur Papua.

Sebagian kawasannya termasuk dalam takhta Segitiga Terumbu Karang, yang membentang dari Filipina, Malaysia, Indonesia, Timor-Leste, Papua Nugini, hingga Kepulauan Solomon. Segitiga Terumbu Karang ini menjadi rumah dari tiga per empat spesies koral dunia.

Pusat pusparagam terumbu karang itu berada di Semenanjung Kepala Burung Papua. Kawasan lestari ini menjadi tempat bersemayamnya 574 spesies. Ini setara 95 persen dari Segitiga Terumbu Karang, dan 72 persen dari total dunia. Di Semenanjung Kepala Burung, Kepulauan Raja Ampat ibarat kerajaan pusparagam karang dunia. Di sinilah 553 spesies bergantung pada ekosistem kawasan ini.

Indonesia berada di wilayah segitiga terumbu karang dunia. Negeri ini pun memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di dunia dengan luas sekitar 2,5 juta hektar. Terdapat lebih kurang 590 spesies karang keras, 76 yang mewakili lebih dari 95% jumlah spesies yang tercatat di Pusat Segitiga Terumbu Karang

Namun negeri ini menghadapi tantangan yang kian masif. Berbagai masalah lingkungan menyeruak akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan di hulu hingga hilirnya. Penyebabnya adalah perilaku manusia—penangkapan ikan yang berlebih, kegiatan wisata yang tidak ramah lingkungan, dan buruknya pengelolaan sampah.

Akhirnya, lautan pun tak luput menjadi korbannya. Pencemaran laut dan kawasan pesisir, perusakan habitat satwa laut, sampai dampak jangka panjang dari perubahan iklim yang memengaruhi kesehatan terumbu karang. Akibatnya, tangkapan hasil laut berkurang dan menurunnya kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir.

Kontribusi sektor kelautan dan perikanan Indonesia terhadap Pendapatan Domestik Bruto Indonesia baru sebesar 3,7 persen pada akhir 2020. Sementara itu menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, sektor ini menyimpan potensi sangat besar yakni 1,3 kali dari PDB atau 130 persen. Laut masih memiliki sumber daya potensial yang belum terungkap.

Upaya program pembangunan yang berkelanjutan yang berdampak langsung terhadap lingkungan: penangkapan ikan yang berkelanjutan, ekowisata, pelestarian ekosistem (terumbu karang dan hutan mangrove), pengelolaan sampan kawasan yang bertanggung jawab, sampai pemantauan keamanan laut dari kapal-kapal nelayan asing.

Perencanaan pembangunan kawasan pesisir yang berkelanjutan dan terpadu dengan aspek pembangunan di pedalaman. Upaya ini juga harus didukung komunitas dan industri, termasuk mendorong investasi pengelolaan limbah. Juga, bagaimana menciptakan gaya berwisata yang ramah terhadap lingkungan, baik lingkungan budaya maupun lingkungan alam.

Semua itu merupakan perkara paling penting demi perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, semuanya harus berawal dari diri kita sendiri.

Jaga Laut untuk Kemakmuran Indonesia!
.
Videographer :
Ricky Martin @ricky_jalanjalan
Zulfikar Muin
Aga Akbel Pratam
Febrizal

Video editor :
Febrizal

Script Writer :
Ricky Martin @ricky_jalanjalan




---
Jangan lupa like, comment, dan subscribe di channel ini!
Klik [ Ссылка ]
===========================================
Website: [ Ссылка ]

Social media:
Facebook: [ Ссылка ]
Instagram: [ Ссылка ]
Twitter: [ Ссылка ]

Redaksi:
Gedung GRID NETWORK
Perkantoran Kompas Gramedia, Lantai 4
Jl. Gelora VII RT.2/RW.2
Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang
Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10270
Email redaksi : editor@nationalgeographic.co.id
Phone: (021) 53300150/70

Advertising:
Gedung GRID NETWORK
Perkantoran Kompas Gramedia, Lantai 4
Jl. Gelora VII RT.2/RW.2
Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang
Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10270
Email : iklangrid@gridnetwork.id
Marketing Communication: (021) 5330150/70
Berlangganan: (021) 5306263

Laut untuk Indonesia yang Sejahtera

свернуть