Ternyata inilah yang ditakutkan malaysia dari indonesia sebagai kekuatan terbesar natuna dan asean.
Tahun 2002-2010 militer Malaysia diakui lebih modern dari Indonesia. Karena pada tahun tersebut Malaysia membeli deretan jet tempur dan kapal perang kelas wahid sementara Indonesia masih tahap rencana yang hendak dieksekusi.
Siapa yang tak iri dengan militer Malaysia saat itu, mereka dibelikan pemerintahnya jet tempur Su-30, F-18 serta MiG-29, Indonesia melongo melihatnya. Namun setelah 2010 ke atas keadaan mulai berbalik. Program Minimum Essential Force (MEF) Indonesia mulai berjalan efektif dengan program-program pembelian alutsista secara masif.
Semua matra TNI mendapat penambahan alutsista sangat signifikan. Contohnya pengadaan kapal selam baru, MBT Leopard 2, jet tempur T-50i Golden Eagle serta penambahan jet tempur F-16 Block 52ID.
Saat ini Indonesia sedang menginjak tahap MEF III dimana pembelian duo fregat FREEM dan Arrowhead buat netizen Malaysia jantungan. Sebaliknya setelah 2010 Malaysia mengalami kemunduran militer.
Apalagi adanya mega korupsi mantan PM Najib Razak menggerus kemampuan militer Malaysia. Program peremajaan alutsista Malaysia terpaksa tangguhkan.
Hasilnya ngenes, program kapal fregat Gowind class Malaysia mangkrak, korbannya KD Maharaja Lela, sudah dilaunching malah dikembalikan ke dok, dipreteli dan sekarang jadi besi karatan. Kemudian Lekiu class dilolosi rudal anti kapalnya karena Expired.
Kemudian armada Su-30 TUDM juga banyak yang grounded hingga paling miris 10 unit MiG-29 Malaysia sudah mangkrak tak layak terbang semuanya. Penyebabnya cuma satu tadi, mega korupsi mantan PM Najib Razak di atas. Karena kekurangan anggaran pertahanan inilah Malaysia mengadakan program Capabilty 55 atau Cap 55 dimana semua jenis alutsista disederhanakan.
Contohnya TUDM akan memangkas jenis dan jumlah pesawatnya hanya dua tipe saja. Pemangkasan ini bertujuan menyederhanakan inventaris militer Malaysia agar menghemat anggaran sebesar mungkin.
Berbeda dengan Indonesia, Jakarta malah semakin memperbanyak alutsista, memperbesar anggaran pertahanan sekalian dilakukan.
Karena setelah MEF berakhir, Indonesia akan semakin memperbesar kekuatan militernya sampai titik maksimum karena lawannya tak main-main, Si Naga Utara.
Dalam menuju kekuatan ideal nantinya, negara-negara Asia Tenggara termasuk Malaysia akan melihat postur sebenarnya TNI yang saat itu tiba militer Indonesia sudah sangat kuat.
Karena program Cap 55 tak sebanding dengan MEF TNI, media Malaysia Defence Security Asia mengakui jika militer negaranya lebih kecil, lemah dari Indonesia.
"Apa yang dikatakan penulis Forbes itu memang benar, apalagi untuk angkatan udara kecil seperti TUDM dengan anggaran terbatas, sebaiknya mengefektifkan jenis jet tempur yang digunakannya ke satu atau dua sumber untuk menekan biaya perawatan pesawat," ujar Defence Security Asia menanggapi tudingan Forbes mengenai TUDM yang disebut aneh.
Kita lihat apakah program Cap 55 Malaysia atau MEF Indonesia yang nantinya akan berdampak positif bagi masing-masing negara. Indonesia dan Malaysia layaknya dua saudara laki-laki.
Kadang Malaysia dan Indonesia akur. Namun tak jarang pula Indonesia dan Malaysia bertengkar tapi selanjutnya baikan lagi. Pertengkaran paling hebat tentu saat pembentukan Federasi Malaya oleh Inggris yang ditentang Indonesia puluhan tahun silam.
Atas perintah Soekarno waktu itu militer Indonesia mencanangkan Dwikora namun tak sampai menjadi perang terbuka. Orde Baru kemudian melakukan normalisasi hubungan dengan Malaysia.
Setelah itu berpuluh tahun kedepan Malaysia gantian yang membuat ulah. Mereka melakukan berbagai pelanggaran batas wilayah di Ambalat secara terus menerus pada tahun 2004-2010.
Tapi kini situasi berubah lantaran anggaran pertahanan Malaysia menciut jadi kecil. Sehingga operasional kapal perang mereka juga ikutan kena imbas. Terlebih daripada mengganggu Indonesia, kini Malaysia malah justru kena ganggu China. Mereka sedang konsentrasi agar wilayah lautnya aman dari gangguan China yang kekuatannya lebih besar dari Indonesia.
Namun bila seandainya konfrontasi terjadi lagi antara Indonesia-Malaysia, jangan sampai meletus perang. Sebab perang hanya akan mengakibatkan kerugian bagi kedua negara secara masif.
Menjaga hubungan bilateral yang sehat ialah fokus utama Indonesia dan Malaysia daripada berkonflik tak menghasilkan keuntungan.
Dikutip dari Mstar, tapi seorang Dosen senior Mohd Hazmi Modh Rusli dari Universiti Sains Islam Malaysia dan Associate Fellow di Institute of Oceanography and Environment, Universiti Malaysia Terengganu menjelaskan walau tak akan ada lagi perang antar kedua negara, Malaysia harus mewaspadai kesatuan militer Indonesia di tempat ini.
Ya, Mohd Hazmi mengatakan Natuna menjadi sorotan utama Malaysia karena adanya kesatuan militer Indonesia di sana harus diwaspadai.
Ещё видео!