Peusijuek berasal dari bahasa Aceh yang berarti menjadi dingin atau mendinginkan.
Upacara adat Peusijuek berawal saat Aceh menerima ajaran Islam pada abad ke tujuh oleh pedagang dari Arab.
Kemudian, terjadilah pembaruan budaya, yaitu Islam dan budaya masyarakat Aceh. Pembaruan ini menghasilkan budaya baru, yaitu peusijuek.
Budaya ini menyebabkan adanya sejumlah perubahan, terutama pada doa-doa yang digunakan. Jika sebelumnya doa menggunakan mantra-mantra dalam bahasa Aceh, kemudian berganti dengan doa-doa yang berbahasa Arab.
Pelaksanaannya Kemudian, terjadilah pembaruan budaya, yaitu Islam dan budaya masyarakat Aceh. Pembaruan ini menghasilkan budaya baru, yaitu peusijuek.
Budaya ini menyebabkan adanya sejumlah perubahan, terutama pada doa-doa yang digunakan. Jika sebelumnya doa menggunakan mantra-mantra dalam bahasa Aceh, kemudian berganti dengan doa-doa yang berbahasa Arab.
Adanya, perpaduan budaya menyebabkan upacara peusijuek masih digunakan hingga saat ini. Upacara adat ini dapat dilakukan perorangan maupun kelompok untuk mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Tata Cara Peusijuek Dalam proses upacara adat peusijuek yang dilakukan oleh masyarakat Aceh.
Mereka akan mengundang orang tua yang dianggap sebagai tokoh agama yang memiliki ilmu-ilmu agama yang tinggi, seperti Tengku (ustadz) dan Umi Chik (ustadzah). Karena, peusijuek harus dilakukan tokoh yang paham adat dan agama, agar niatnya tidak melenceng. Sementara, orang yang mengadakan peusijuek akan menyiapkan bahan-bahan untuk upacara. Ada beberapa perlengkapan peusijuek yang masing-masing memiliki makna.
Ещё видео!