Salah satu daerah di Kabupaten Mojokerto yaitu desa Salen Kecamatn Bangsal adalah tempat dikembangkannya salah satu budaya bangsa. Dusun Salen berperan dalam pelestarian kesenian Ujung. Melalui proses regenerasi sejak 1970, kesenian Ujung berusaha bersaing dengan menonjolkan ciri khasnya sendiri. Karakteristik seni Ujung antara lain adanya kemladang, penari dari laki-laki dewasa sampai remaja, dari penari yang menggunakan ilmu kanuragan sampai tidak menggunakan ilmu kanuraga, rotan alat utama, busana kemlandang memiliki atribut yang lengkap dan busana penari dari yang atribut lengkap sampai tak lengkap, iringan musik gamela, tempat pementasan dari lapangan terbuka kemudian dipentaskan di atas panggung, dan variasi gerakan dalam kesenian Ujung adalah mucuk’i, memukul dan menangkis.
Kesenian Ujung berkembang menjadi kesenian rakyat sebagai perwujudan perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala Tentra. Dalam atraksi kesenian ini, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk menggunakan rotan. Petarungan di lakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan sebagai simbol senjata “Sodo Lanang” yang di gunakan Raden Wijaya dalam pertempuran. Selain kedua ”petarung” di atas panggung juga terdapat tiga lelaki berpakaian serba hitam. Ketiga lelaki ini biasa disebut sebagai kemlandang atau juri. Salah satu dari kemlandang membawa bakul (tempat nasi, Red) yang di dalamnya berisi beras kuning. Sedangkan dua lainnya melihat apakah terjadi pelanggaran atau tidak. Terkadang seni ini juga disuguhkan pada atraksi di kesenian bantengan.
Kedua pemain juga mendapatkan upah yang diberikan setelah permainan. Satu kali permainan biasanya tiap pemain akan diberikan honor sebesar Rp 10 ribu. Honor tersebut akan ditambah hingga Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu jika keduanya sama baiknya. Sebelum melakukan kesenian ini, biasanya dilakukan ritual yang bertujuan untuk keselamatan yaitu bancakan (syukuran, Red.). Proses ini biasanya seperti semacam tumpengan tapi ada sandingannya yaitu makanan yang diletakkan di sisi tumpeng seperti pisang, kelapa dan beras. Sandingan yang dimaksud memiliki arti di setiap makanan yang disajikan. Gedang (Pisang, Red) berarti Ndhang-ndhang, maksudnya agar keinginan yang diharapkan segera tercapai. Beras berarti Wos , maksudnya adalah menghilangkan rasa waswas atau rasa takut. Sedangkan kelapa atau klopo artinya tidak terjadi apa-apa atau agar tidak ada sesuatu yang tidak diinginkan.
Thanks for Watching
semoga bermanfaat
jangan lupa LIKE dan SUBSRIBE
#indonesia #kesenian #budaya #jawatimur #mojokerto
fine me
ig: dodipras_
Ещё видео!