Masjid Baitul ‘Arsy Pandeglang
Masjid Jami’ Baitul Arsyi pada masa penjajahan sering digunakan warga sebagai tempat persembunyian dari serangan Belanda.
Bagian dinding masjid yang banyak lubang, diperkirakan bekas peluru senjata para tentara Belanda. Masjid Baitul ‘Arsy berupa rumah panggung, dengan ukuran sekitar 12 x 8 meter, hingga kini dinding dan lantai terbuat dari kayu.
Bangunannya menghadap ke Gunung Karang dan memiliki tiga pintu. Dua pintu samping (kiri-kanan), dan satu pintu masuk bagian depan.
Di atap masjid terdapat kubah yang terbuat dari kayu, dan tiang-tiang masjid masih terlihat kokoh, termasuk umpak atau pondasi bawah masjid juga terbuat dari kayu.
Bagian depan masjid, tempat imam, masih terlihat utuh. Termasuk benda kuno seperti bedug dan tongtong di luar masjid, masih tampak bagus. Sementara di samping kanan masjid terdapat sumber mata air yang mengalir tiada habisnya.
Meski warga setempat tak ada yang tahu kapan masjid ini dibangun, namun warga meyakini bahwa masjid ini merupakan peningalan Syeh Karan, seorang ulama besar pada masa Kesultanan Banten.
Makam keramat Syeh Karan berada di Paku Aji, sekitar satu kilo meter dari Masjid Pasir Angin. Warga mempercayai Syekh Karan merupakan orang pertama di Gunung Karang.
Kesan kuno sangat terasa di masjid tua ini. Bangunan masjid menerupai rumah panggung tradisional. Lantai bangunan masih beralaskan papan kayu. Masjid berukuran 12 x 10 meter dengan lebar 10 meter, hingga kini masih berdiri kokoh.
Memasuki area masjid, terlihat empat tiang besar dari kayu tua. Tiga pintu dari samping kiri dan kanan dengan jendela persegi telah ditutup teralis kayu. Pintu di bagian depan pintu masuk berukuran kurang lebih empat meter.
Pada bagian belakang masjid terdapat sumber mata air yang keluar mengalir tak pernah habis.
Ещё видео!