cuplikan buku #Yuganing_Rajakawasa, Sejarah kerajaan di Jawa Barat oleh Drs. Yoseph Iskandar - terbitan CV. Geger Sunten, Bandung - 1997.
Pada Bagian ke 52, episode - 14. ini,...
Diceritakan, bahwa Ketika peristiwa di Palagan Bubat hari Selasa wage sebelum tengah hari tanggal 13 bagian terang bulan Badra 1279 Saka (4 September 1357 M) itu, putra bungsu Pangeran Niskala Wastukancana baru berusia 9 tahun. Oleh karena itu pemerintahan dipegang sementara oleh Wali Raja Sunda Rakeyan Bunisora selaku Mangkubumi Suradipati dengan nama nobat Prabu Guru Pangadi Paramarta Jayadewabrata. Dalam pemerintahannya Sang Bunisora cenderung bersikap Raja Pendeta (Resi Guru Raja) sebagaimana diceritakan naskah Carita Parahyangan yang menjuluki Resi Guru Satmata,
Itulah sebabnya pertumbuhan Pangeran Niskala Wastukancana yang dirawat dan dididik pamannya ini terpengaruh dalam wawasan kenegaraan dan keagamaanya oleh ajaran pamannya di sebuah kabuyutan/mandala Jampang. Makanya Rakeyan Bunisora sejak dulu dijuluki Batara Guru Jampang. Sulit membayangkan sang Bunisora merawat dan mendidik Pangeran Niskala Wastukancana dalam suasana keprihatinan seorang yatim piatu serta memberi pemahaman untuk tidak membalas dendam kepada yang membinasakan keluarganya.
Suatu ketika Sang Bunisora memberangkatkan Niskala Wastukancana untuk berkelana mendapatkan pengalaman hidup dan berguru kepada Resi Susuk Lampung sebagai negara bagian dari Sunda saat itu. Pada saat berusia 20 tahun, Niskala Wastukancana menikahi putri Resi Susuk Lampung bernama Ratna Sarkati berusia 19 tahun. Satu tahun kemudian, lahirlah putranya yang diberi nama Sang Haliwungan tahun 1369 masehi. Dikemudian hari Sang Haliwungan menjadi raja Sunda di Pakuan, dengan gelar Prabu Susuk Tunggal.
Pangeran Niskala Wastukancana dinobatkan pada usia 23 tahun dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastukancana atau Prabu Resi Buana Tunggal Dewata alias Mahaprabu Lingga Wastu, putra Mahaprabu Lingga Hyang atau Linggabuana. Kejayaanya tertulis dalam Prasasti Astana Gede Kawali yang berhuruf dan berbahasa Sunda. Prasasti Kawali menyatakan, bahwa Mahaprabu Niskala Wastukancana menyampaikan wangsit : “Bila tiap orang berpegang teguh kepada kebenaran dalam menjalankan tugasnya, akan tercapailah kesejahteraan sejati. Tercapailah kesejahteraan batin bila tidak mengingkari kebenaran. Tercapailah kesejahteraan lahir bila menjalankan tugas penuh kesungguhan. Jujur dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas, akan memberikan hasil yang maksimal. Bukan hanya pedang dan tombak yang harus diasah, tapi juga akal – pikiran, budi pekerti, keahlian dan perasaan (kepekaan) terhadap kebenaran dan kebajikan”.
Ещё видео!