jangan berkelahi gara-gara Pilpres Pileg dan Pilkada Itulah salah satu isi ceramah daripada Ustadz Abdul Somad terkait nama kota Subulussalam yang penuh dengan Kedamaian Pemberian nama Subulussalam mengandung makna ibadah, yang tujuan pemberian nama itu dicita-citakan bahwasanya Subulussalam akan menjadi Kota Ibadah. Pemberian nama seperti Subulussalam ini juga dilakukan oleh Gubernur Aceh Alm. Prof. Ali Hasyimi pada daerah-daerah perbatasan lainnya di Daerah Istimewa Aceh pada waktu itu yaitu Babussalam di Kabupaten Aceh Tenggara, Nurrussalam di Kabupaten Aceh Timur (Sekarang Aceh Tamiang).
Kita pantas bertanya apakah makna Gubernur Aceh Alm. Prof. Ali Hasyimi memberikan nama Subulussalam, Babussalam dan Nurussalam pada waktu itu? Jawabannya tidak lain adalah bahwa di daerah-daerah perbatasan Daerah Istimewa Aceh akan dijadikan sebagai kota ibadah yang berlandaskan Syari‟at Islam. Dengan simbol nama-nama tersebut kota-kota kecil yang diberikan nama ke Islaman itu akan tumbuh berkembang syari‟at Islam yang sinarnya akan sampai ke Darussalam di Banda Aceh. Ini menjadi semacam hubungan batin yang erat dalam konteks ke-Aceh-an.
Memetik rangkaian kisah tersebut sejak tahun 1962 sampai dengan 1999, maka pada kurun waktu tersebut kita harus mengakui bahwasanya sejak NAMA SUBULUSSALAM diberikan dan ditabalkan maka Subulussalam menunjukkan kemajuan dan perkembangannya melebihi perkembangan kota-kota lainnya yang berada Kabupaten Aceh Selatan. Penamaan itu juga melecut semangat dan menjadi simbol untuk proses perkembangan Subulussalam berikutnya menjadi daerah otonom.
Kisah Kota Subulussalam periode pembentukan sebagai daerah otonom, bermula sejak tanggal 27 April 1999 dimana saat itu terjadi pemekaran Kabupaten Aceh Singkil dari Kabupaten Aceh Selatan. Pada saat itu terjadi perebutan ibukota antara masyarakat Kecamatan Singkil dengan masyarakat Kecamatan Simpang kiri dimana kedua kelompok masyarakat tersebut menginginkan ibukota Kabupaten Aceh Singkil terletak di Singkil dan di Subulussalam. Dalam perebutan ibukota ini diwarnai gelombang unjuk rasa ribuan orang masyarakat Kecamatan Simpang Kiri yang tidur dijalanan untuk menghalangi rombongan Gubernur Aceh pada waktu itu (Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud) yang menuju ke Singkil untuk meresmikan Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukotanya di Singkil..
Ещё видео!