Malam itu begitu sunyi. Hanya suara jangkrik yang terdengar, melintasi hamparan gelap di bawah kaki Gunung Semeru. Kabut tebal menyelimuti puncak, sementara bulan purnama tampak redup di balik awan. Sepasang pendaki, Arif dan Budi, menuruni jalur pendakian yang tampak tak berujung. Mereka tertinggal dari rombongan utama karena kelelahan saat mendaki.
Namun, ada sesuatu yang ganjil. Langkah kaki mereka seperti diiringi oleh suara lain. Sesuatu yang tak mereka lihat, tetapi jelas terdengar. Itu bukan suara angin atau dedaunan. Melainkan langkah berat, seperti seseorang yang berusaha mengejar.
Arif, yang berjalan di depan, menghentikan langkahnya. "Bud, kamu dengar itu?" tanyanya sambil menoleh.
Budi menelan ludah. "Iya, dari tadi aku juga dengar. Tapi nggak ada siapa-siapa, Rif."
Mereka saling memandang, mencoba menenangkan diri. Tapi suasana semakin mencekam. Langit mendung mulai menutup cahaya bulan, meninggalkan mereka dalam gelap.
Arif dan Budi adalah sahabat lama yang memiliki hobi mendaki gunung. Kali ini, mereka memutuskan untuk bergabung dengan rombongan kecil pendaki menuju Gunung Semeru. Gunung ini terkenal dengan keindahan sekaligus mistisnya.
“Katanya ada jalur yang nggak boleh dilewati sembarangan, loh,” kata Budi ketika mereka bersiap di pos pertama.
“Iya, itu jalur rawan. Kalau salah arah, bisa hilang,” tambah Arif.
Namun, semangat mereka tak surut. Setelah semua persiapan selesai, rombongan mulai mendaki. Mereka bertemu dengan banyak pendaki lain, berbagi cerita, dan menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Namun, satu kejadian kecil mulai terasa aneh. Ketika mereka melewati sebuah pohon besar, seorang pendaki senior, Pak Hasan, tiba-tiba berhenti dan mengangkat tangannya.
“Diam sebentar,” ujarnya tegas.
Semua orang terdiam. Angin berhenti, seolah seluruh gunung ikut menahan napas. Pak Hasan menatap pohon besar itu dengan tatapan serius. “Jangan bicara sembarangan di sini. Hormati tempat ini,” katanya dengan nada rendah.
Arif dan Budi saling berpandangan, sedikit bingung, tetapi mereka mematuhi perintah tersebut.
Malam menjelang saat mereka tiba di area perkemahan Ranu Kumbolo. Api unggun dinyalakan, dan semua orang bersiap beristirahat. Namun, Arif dan Budi yang masih penasaran memutuskan berjalan sedikit lebih jauh ke arah puncak.
“Cuma sebentar, Bud. Penasaran aja sama jalanan di depan,” kata Arif sambil membawa senter kecilnya.
Budi sebenarnya ragu, tetapi ia mengikuti Arif.
Mereka berjalan perlahan, meninggalkan area perkemahan yang mulai sepi. Udara semakin dingin, dan kabut tipis mulai turun.
“Eh, ini jalannya makin nggak jelas, ya?” tanya Budi setelah beberapa menit berjalan.
Arif mengangguk. “Tapi aku rasa kita nggak jauh kok. Cuma sebentar lagi.”
Namun, sesuatu terasa janggal. Suara langkah kaki terdengar di belakang mereka, meski mereka tahu tidak ada orang lain yang mengikuti.
“Kamu yakin tadi nggak ada yang ikutan?” tanya Budi.
“Iya, kita cuma berdua.”
Langkah kaki itu semakin mendekat. Ketika mereka menoleh, tidak ada siapa-siapa.
Ketika mereka hendak berbalik arah, suara aneh mulai terdengar. Itu bukan suara langkah lagi, melainkan bisikan samar.
"Pergi..."
Budi berhenti sejenak. “Kamu dengar itu?”
Arif mengangguk, wajahnya pucat. “Kayaknya suara dari... situ.” Ia menunjuk ke arah pohon besar di dekat mereka.
Namun, suara itu semakin jelas, seolah-olah ada seseorang berdiri sangat dekat dengan mereka.
“Siapa itu?” teriak Arif, mencoba memberanikan diri.
Tak ada jawaban. Tapi suara itu berubah menjadi tawa kecil yang menusuk telinga.
#ceritahorrorindonesia #ceritaseramindonesia #horrorstories #ceritamistery #mistis #penampakan #ghost #mitos #ceritamistis #pendaki #semeru #gunung
Ещё видео!