Kamis, 10 Okt 2019 14:15 WIB
Tol Cibitung-Cilincing Baru Bisa Dipakai Pertengahan 2020
Jakarta - Pembangunan Tol Cibitung-Cilincing terus berjalan hingga saat ini. Rencananya kuartal II tahun 2020 alias pertengahan tahun depan proyek ini akan selesai.
Direktur Teknik PT Akses Pelabuhan Indonesia, Ari Sunaryono menerangkan, konstruksi tol sepanjang 34 km ini telah mencapai 61,24%. Sementara, untuk pembebasan lahan telah mencapai 80,15%. Targetnya, paling dekat fase I tol ini bisa dibuka pada kuartal I tahun depan.
"Kita harapkan ini bisa selesai semua selesai di Kuartal II 2020, bisa lah sampai Telaga Asih atau fase I itu di kuartal I," ujar Ari di Cibitung, Kamis (10/10/2019).
Tol Cibitung-Cilincing terdiri dari 4 seksi yakni seksi I Cibitung-Telaga Asih, seksi II Telaga Asih-Tembelang, seksi III Tembelang-Mekar Jaya, dan seksi IV Mekar Jaya-Cilincing.
Pembangunannya melintasi dua wilayah, yakni Jakarta bagian utara dan Bekasi. Di wilayah Bekasi pengembangannya sudah cukup jauh, dengan 87,75% untuk pembebasan lahan dan 72,11% untuk konstruksinya.
Untuk wilayah Jakarta, dengan panjang sekitar 4 km, pengembangannya baru hanya 25,14% untuk lahan, dan 19,24% untuk konstruksinya.
"Karena memang penetapan lokasi baru 2017 akhir kemarin jadi cenderung di Jakarta ini agak lambat, kami akui ini paling belakang," jelas Ari.
Lebih lanjut, tol ini sendiri merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar Rp 10,80 triliun. Pembiayaan tersebut diperoleh dari ekuitas sebanyak 30% dan pinjaman sebanyak 70%.
Sebagai informasi, saham PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways sebanyak 45% dimiliki oleh PT Akses Pelabuhan Indonesia yang merupakan cucu usaha PT Pelindo II (Persero). Lalu, sisanya 55% dimiliki PT Waskita Tol Road.
Baca juga: Jokowi Gagal Operasikan Jalan Tol Ini di Periode Pertama
Penyebab Molor
Direktur Teknik PT Akses Pelabuhan Indonesia, Ari Sunaryono mengungkapkan banyak faktor yang membuat target pengoperasian molor, mulai dari aspek teknis sampai soal lahan.
"Saya jelaskan kenapa mundur, namanya proyek itu complicated semua seperti itu. Banyak faktor ya, teknis, pembebasan lahan, kombinasi lah, proyek lain kayak gitu juga," katanya.
Secara teknis misalnya, Ari menyebutkan bahwa sempat terjadi penggantian desain jalan tol. Jalan yang seharusnya hanya menggunakan timbunan tanah, justru harus menggunakan pondasi tiang pancang.
"Di situ ada tanah lunak harus dipancang, desainnya jadi beda sama awal," ungkap Ari.
Hal ini pun diamini Pimpinan Proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing Yaya Ruhiya. Menurutnya memutuskan penggantian desain pun memakan waktu. Pasalnya, desain awal jalan yang dibentuk dari timbunan tanah tidak bisa diterapkan, Yaya menemukan bahwa lokasi yang akan dibangun tanahnya kebanyakan lunak.
"Pada awalnya ini kan desain timbunan tanah, kemudian ketika ditemukan ada soft soil, dalam banget ada yang 25 m, maka kami redesign. Makan waktu sampai jadinya diputuskan ganti slab on pile, kami putuskan ganti desain," kata Yaya.
Kembali ke Ari, pembebasan lahan yang tidak berbarengan pun disebut jadi masalah. Dia mencontohkan misalnya ada dua bidang tanah yang bentuknya rawa, masalah muncul saat lahan yang mau digarap terhalang aksesnya karena di sebelahnya belum dibebaskan.
"Pembebasan lahan juga, kayak semisal yang daerah rawa. Ini kalau sebelahnya belum, tapi sebelahnya sudah, balik lagi ke akses tadi susah, maka kita mesti nunggu dulu lah sebelahnya dibebasin, makan waktu," ucap Ari.
Ещё видео!