Haluuu, Sahabat Bale Buku Bekas.
Pesawat terbang Garuda Indonesia Airways yang membawa Presiden Soekarno tiba di Lapangan Udara Kemayoran, Jakarta, pada 28 Desember 1949. Itulah saat pertama kalinya Soekarno kembali ke Jakarta setelah ibukota pemerintahan RI dipindahkan ke Yogyakarta sejak 4 Januari 1946 karena Jakarta sudah dikuasai Belanda. Ketika Soekarno beserta Fatmawati dan kedua anak mereka, Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri, turun dari pesawat, ribuan orang dan sejumlah pejabat Indonesia menyambutnya.
Di atas sedan dengan kap terbuka, sambil melambai-lambaikan tangan, Soekarno menyibak kerumunan rakyat yang menyambutnya. Menteri Pertahanan Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS), Sri Sultan Hamengkubowono IX, turut mendampinginya di bagian belakang. Kendaraan tersebut membawa mereka ke Istana Gambir, Jakarta.
Di beranda dan lapangan Istana Gambir, ribuan ribuan orang dan sejumlah pejabat Indonesia juga menyambutnya, termasuk Sutan Sjahrir. Sambil berdiri di beranda itulah, Soekarno memekikkan salam pembuka “Merdeka! Merdeka!”, berseru "Diam! Diam!”, lalu menggemakan pidato singkatnya. Hari itu, Soekarno mulai menyebut Istana Gambir sebagai Istana Merdeka.
“Saudara-saudara sekalian. Alhamdulillah, saya ucapkan di hadirat Allah subhanahu wa ta'ala. Ini hari aku telah menginjak lagi bumi Jakarta. Sesudah hampir empat tahun lamanya, saya tidak bersua dengan Saudara-saudara,” kata Soekarno yang segera disambut rakyat dengan bersorak.
“Empat kali 365 hari, saya berpisah dengan rakyat Jakarta laksana rasanya seperti berpisah 40 tahun, Saudara-saudara,” lanjutnya seraya disambut keriuhan.
“Kepada pegawai, kepada Saudara-saudara Marhaen, Saudara-saudaraku tukang becak, Saudara-saudaraku tukang sayur, Saudara-saudaraku pegawai yang sekecil-kecilnya, tidak ada satu yang terkecuali, semuanya, Saudara-saudara, saya sampaikan salamku kepada Saudara-saudara sekalian. Alhamdulillah, sekarang di halaman ini telah berkibar Sang Dwiwarna.” Suara lantang Soekarno kembali ditimpali rakyat dengan sorak sorai.
“Dan, Saudara-saudara sekalian, apa sebab sekarang Sang Dwiwarna tidak bisa berkibar di sini? Tak lain tak bukan ialah oleh karena rakyat Indonesia yang 70 miliun ini berjuang mati-matian,” cetusnya seraya disambut massa dengan pekikan “Allahu akbar”.
Soekarno melanjutkan, “Benar, Saudara-saudara, penyerahan kedaulatan ini adalah hasil daripada goodwill, maksud yang baik, pengertian yang baik antara Indonesia dan Belanda, antara Indonesia dan dengan seluruh dunia internasional. Memang, kami berterima kasih atas goodwill itu. Saya pun pada saat sekarang ini, Saudara-saudara, menyampaikan terima kasihku kepada semua utusan-utusan agung.”
Temukan toko buku online BALE BUKU BEKAS melalui link di bawah ini:
[ Ссылка ]
[ Ссылка ]
#balebukubekas #sejarahindonesia #presidensoekarno #presidensukarno #bungkarno
bale buku bekas, sejarah indonesia, indonesia tempo dulu, indonesia tempo doeloe, jakarta tempo dulu, jakarta tempo doeloe, biografi tokoh nasional, biografi pahlawan nasional, proklamator indonesia, presiden pertama ri, presiden pertama republik indonesia, biogafi presiden soekarno, presiden soekarno, presiden sukarno, bung karno, bung karno bapak bangsa, fatmawati, anak-anak bung karno, anak-anak presiden soekarno, anak-anak presiden sukarno, guntur soekarnoputra, megawati soekarnoputri, hari lahir bung karno, 6 juni 1901, 21 juni 1970, bung karno penyambung lidah rakyat indonesia, cindy adams, sri sultan hamengkubowono ix, ris republik indonesia serikat,
Ещё видео!