Sama halnya dengan Yogyakarta dan Solo, selain mempunyai keraton, Cirebon juga mempunyai tradisi membatik. Goresan canting yang diaplikasikan pada selembar kain ini menghasilkan karya seni yang indah. Menariknya, batik Cirebon memiliki dua versi, yaitu batik keraton dan batik daerah pesisir atau yang dikenal dengan nama Trusmi.
Batik keraton (Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman) pada awalnya merupakan hasil kecintaan keluarga keraton pada seni lukis. Dahulu, lukisan masih menggunakan daun lontar sebagai kanvasnya. Hasil lukisan kemudian dibawa keluar oleh para abdi dalem. Seiring waktu, batik Cirebon mengalami perkembangan; media gambar tidak lagi menggunakan daun lontar melainkan katun (kain).
Motif batik Cirebon yang paling terkenal adalah mega mendung yang berbentuk gumpalan-gumpalan awan putih. Motif ini memiliki makna kehidupan dunia atas, kebebasan, atau bisa pula awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan.
Motif mega mendung dibuat oleh Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran dan pendiri kerajaan Cirebon. Pangeran Cakrabuana juga paman dari Sunan Gunung Jati. Versi lain menyebut motif ini diadaptasi dari hiasan keramik yang dibawa Putri Ong Tien, putri Kaisar Hong Gie dari masa Dinasti Ming, saat menikah dengan Sunan Gunung Jati. Pernikahan ini menjadi gerbang masuknya pengaruh budaya dan tradisi Cina, termasuk dalam proses dan seni pembuatan batik keraton.
Ada perbedaan antara motif mega mendung dari Cina dan Cirebon. Misalnya, garis awan pada motif mega mendung Cina berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan motif Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan segitiga.
#batikindonesia
#batikmegamendung
#menggambarmegamendung
#caramenggambarbatikmegamendung
Ещё видео!