Lakon tentang Palguna-Palgunadi termasuk yang cukup jadi favorit di antara lakon-lakon wayang. Palguna, alias Arjuna, bahwa kerap dijadikan nama anak laki-laki. Di Bandung dahulu Palguna pernah dijadikan nama mal besar, dekat alun-alun. Palgunadi, nama lain dari Bambang Ekalaya, sering juga dijadikan nama anak lelaki walau tidak sebanyak Palguna.
Biasanya lelaki yang bernama Palgunadi itu ayahnya lebih bertipe penikmat wayang, sehingga lebih tahu banyak tentang filsafat wayang, dan karena itu jatuh cinta pada Palgunadi, saingan Palguna. Sebenarnya bukan saingan. Sebab Palgunadi terbukti lebih unggul ketimbang Arjuna. Dengan Cincin Sesotya Manik Ampal, keunggulan Palgunadi dalam olah kanuragan termasuk dalam memanah jauh melampaui kemampuan Palguna.
Palguna-Palgunadi sama-sama murid Pandita Durna. Akhirnya Palguna, kesayangan Durna, meminta gurunya mengusir Palgunadi. Gila, dalam pengusiran itu pun, secara autodidak, Palgunadi tetap berhasil lebih unggul daripada Palguna. Caranya, Palgunadi membuat patung Durna di hutan Paranggelung, hutan pengusiran autodidaknya, patung yang diperlakukan Durna yang betul-betul hidup, disembahnya setiap mengawali latihan.
Entahlah. Dokter ahli bedah saraf (prakteknya di Indonesia dan Jepang wra-wiri) yang juga penggemar wayang, dokter Ryu Hasan ini dapat sumber dari mana, menurutnya yang akhirnya meminta Palgunadi memotong tangannya bukan Durna. Tapi Kresna yang menyusup ke dalam patung Durna dan meminta Palgunadi memotong tangannya. Menurut Cak Nun, versi ini mengukuhkan bahwa Kresna adalah Qada dan Qadar. Kresna harus membunuh Palgunadi demi terselenggaranya skenario semesta termasuk adanya perang Bharatayuda. Tanpa Arjuna, Bharatayuda dicancel.
Backsound: Titi Kolo Mongso/Pada Suatu Ketika
Komposer: Sujiwo Tejo
Pianis: Sekar Melati
#MbahJiwo
#LakonPalgunaPalgunadi
#RyuHasan
Ещё видео!