Please click SUBSCRIBE and NOTIFICATION BELL
Anak-Anak Dale
1 Tesalonika 2:1-12
2:1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.
Dale Schroeder (8 April 1919-12 April 2005) adalah seorang tukang kayu dari Iowa, Amerika Serikat. Dale bekerja sebagai tukang kayu selama 67 tahun dan hanya di satu perusahaan yang sama. Dale hidup sangat sederhana, hanya memiliki dua pasang celana jins biru: satu dipakai untuk bekerja dan satu lagi dipakai untuk menghadiri ibadah gereja pada hari Minggu. Dan yang luar biasa lagi adalah Dale memiliki kemurahan hati untuk berbagi dengan orang lain. Harta kekayaan Dale senilai 3 juta dollar digunakannya untuk biaya pendidikan perguruan tinggi bagi 33 warga kurang mampu di Iowa.
Dale Schroeder sendiri tumbuh dalam kemiskinan dan ingin membantu orang-orang seperti dirinya untuk kuliah di perguruan tinggi. Dan berkat kemurahan hati Dale, 33 orang penerima bantuannya telah lulus dari perguruan tinggi atau universitas tanpa hutang. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ada yang menjadi pengacara, dokter, guru, dll. Penerima bantuan terakhir dari Dale, sebesar 80 ribu dollar, lulus sebagai terapis pada tahun 2019 lalu, atau 14 tahun setelah kematian Dale. Dale tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak. Meski demikian, ke-33 orang yang sukses atas bantuannya dengan bangga menyebut diri mereka sebagai 'Dale's kids' atau 'anak-anak Dale'. Ini adalah sebuah penghormatan bagi kemurahan hati Dale Schroeder.
Rasul Paulus punya kisah yang mirip dengan Dale Schroeder di dalam hal menolong orang lain. Mereka sama-sama tidak menikah, tidak punya anak, namun punya kepedulian yang besar terhadap orang lain. Jika Dale Schroeder membantu orang lain dalam hal jasmani, maka Rasul Paulus terutama membantu orang lain secara rohani. Tetapi mereka sama-sama punya pengorbanan yang besar dan menjadi bapa bagi banyak orang yang mereka tolong. Lebih jauh lagi, meskipun Rasul Paulus tidak membantu orang lain secara jasmani, ia selalu berusaha untuk tidak menjadi beban bagi mereka. Rasul Paulus menggambarkan dirinya seperti seorang ibu yang mengasuh anak-anaknya. Hal ini misalnya tampak dalam pelayanannya di antara jemaat Tuhan di kota Tesalonika.
Tidak ada hal yang lebih indah di dalam hidup ini daripada menolong orang lain. Ada kebahagiaan tersendiri yang kita rasakan jika kita bisa menolong dan melayani orang lain. Apalagi kalau orang yang kita tolong itu telah sukses, dan menghargai kita sebagai orang yang berjasa dalam hidupnya, bahkan menganggap kita sebagai orang tuanya atau orang tua asuhnya. Karena itu jangan jemu-jemu untuk menolong orang lain, sesuai dengan kemampuan kita. Menolong orang lain bisa dilakukan oleh siapa saja, yang penting kita punya hati yang rela untuk memberkati orang lain. Tidak harus menjadi orang kaya terlebih dulu baru bisa berbuat baik kepada orang lain.
Ещё видео!