Tribun-Video.com – Polres Pandeglang, menemukan adanya praktik ajaran sesat bernama Hakekok, di wilayah Kecamatan Cigeulis, Banten
Sebanyak 16 orang yang terdiri dari delapan pria dewasa, lima perempuan dewasa, dan tiga anak-anak.
Kelompok tersebut diamankan Polres Pandeglang saat tengah melakukan ritual mandi Bersama tanpa busana di sebuah tempat penampungan air area perkebunan kelapa sawit, milik PT Gal, pada Kamis (11/3/) lalu.
Rupanya, ritual itu dilakukan untuk menyucikan diri setelah menunggu bertahun-tahun berharap kekayaan namun tidak terkabul.
Mereka terdiri dari orang-orang di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, yang awalnya dijanjikan kekayaan jika menjadi pengikut.
Pimpinan kelompok Hakekok berinisial A (52), Ia mengaku sebagai murid seorang pemimpin ajaran Hakekok yang berasal dari Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
Dikutip dari kompas.com, Wakapolres Pandeglang Kompol Riky Crisma Wardana, mengatakan kasus ini terungkap dari informasi warga tentang adanya ritual mandi bareng antara laki-laki dan perempuan hingga anak-anak tanpa busana dari kelompok tersebut
"Untuk ajarannya, menganut ajaran Hakekok, dibawa oleh saudara E, almarhum. Diteruskan saudara Aeng, dengan ajaran Balatasutak di Kecamatan Cibaliung, dan Kabupaten Bogor," kata dia.
"Ada 16 orang yang diamankan, terdiri dari lima perempuan dewasa, delapan laki-laki, dan tiga anak-anak," kata Riky saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis.
-PENGAKUAN WARGA-
Menurut pengakuan warga, kejadian tersebut dilakukan pada siang hari menjelang sore.
Dikutip dari TribunBanten.com, Imah (40) salah satu warga setempat mengaku, sangat terkejut dengan penangkapan pimpinan Hakekok, A dan belasan pengikutnya pada Kamis kemarin.
"Kaget, karena saya juga tidak tahu ada apa sebenarnya. Posisinya disitu lagi ngejemur pakaian, tiba-tiba polisi datang dan menangkap," ujarnya saat ditemui di rumahnya di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Jumat (12/3/2021).
Sosok A terbilang sangat jarang keluar rumah dan tidak pernah mengikuti acara pengajian rutin yang dilakukan oleh warga sekitar, bahkan A juga hampir tidak pernah bertegur sapa dengan warga.
"Sangat tertutup dan jarang bicara dengan kita. Untuk acara keagamaan saja bahkan tidak pernah," ucap Imah.
Ia mengungkapkan, Ritual mandi bareng oleh A dan para pengikutnya sudah sejak lama dilakukan. Dan biasanya mereka melakukan kegiatan itu setiap sore hari.
Bahkan, kegiatan mandi bareng di tempat terbuka tersebut sudah dijalankan oleh ayahanda A, yakni E alias S, yang sudah meninggal dunia.
-ADA SEJAK DULU-
Ternyata ajaran Hakekok ini pernah muncul pada tahun 2009.
Dikutip dari Kompas.com, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten, A.M Romly menilai ritual itu menyimpang dari ajaran Islam.
Pihaknya pun menyatakan bahwa ajaran Hakekok sesat dan menyimpang dari kaidah islam.
“Jelas kalau mandi ramai-ramai, telanjang kalau di ajaran agama sesat sudah," jelas Romly kepada wartawan, Jumat (12/3/2021).
"Kecuali sendiri, di kamar mandi juga telanjang. Kalau ramai-ramai di tempat pemandian sudah di luar syariah," sambungnya.
KH Aminudin Ibrohim selaku Ketua MUI Banten kala itu, menerangkan bahwa aliran Hakekok merupakan variasi dari tasawuf dan ritual menyimpang.
Aminudin menjelaskan, dalam ajaran Hakekok, penganutnya beribadah cukup dengan niat saja dan dilakukan di tempat gelap.
Selain itu laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya diperbolehkan melakukan hubungan suami istri.
Dilansir dari Kompas.com, Bupati Pandeglang, Irna Narulita angkat bicara terkait munculnya aliran sesat tersebut. Irna, mengaku prihatin lantaran aliran itu muncul di wilayah yang disebut kota santri.
"Prihatin kita semua, hal-hal tidak kita duga, harus kita rembukan sama-sama," kata Irna di Pendopo Bupati Pandeglang, Jumat (12/3/2021).
Irna mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan Majlis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan pembinaan kepada 16 warga yang terlibat dalam ritual aliran Hakekok tersebut.
Sementara Ketua MUI Pandeglang, Hamdi Ma'ani menyebut ajaran tersebut menyimpang dan sudah pernah dilakukan pembinaan oleh tokoh masyarakat dan MUI Cigeulis.
Hamdi mengatakan, kelompok pengikut Hakekok sudah terdeteksi beberapa tahun lalu di Desa Karangbolong, Cigeulis.
"Sudah pernah dibina, sudah kondusif, muncul lagi sekarang di luar sepengetahuan kami," kata Hamdi.
Ещё видео!