Di samping sebagai ulama. Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet juga seorang guru Tarikat Alawiyah. Berkenaan dengan dengan Tarikat Alawiyah ini secara historis dia pada tahun 1993 dikirim ke Surabaya (Bangil). Di sinilah dia mengaji dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus. Kurang lebih satu tahun bergelut dalam dunia Tarikat Alawiyah dengan syarat para jamaah yang mengikutinya tidak kurang dari 40 orang. Waktu itu ada sejumlah nama yang aktif malah menjadi murid utama dia, di antaranya adalah Abdul Karim, Abdurrahim, Abdul Aziz, Abdushomat, Abdul Muin, Ahmad Mugeni, Ahmad Said, Ahmad Nor
#ceramah #guru #bakhiet
, Ali Mawardi, Baihaqi, Fahrurrazi, H. Abdussalam, H. Alfian Hidayat, H. Darussalam, Zunaidi HA, Mahdi Jauhari, Muhammad Arsyad, Muhammad Ahyad, Muhammad Farid Wajidi, dan lain-lain. Tarikat Alawiyah sangat maju pesat perkembangannya yang pengikutnya hingga kini mencapai puluhan ribu orang.
Suasana Pengajian dan Tarekat di Balangan
Pada mulanya pengajian tarikat Alawiyah bertempat di Pondok Pesantren Hidayaturrahman Barabai. Di tempat ini pengajian berlangsung kurang lebih 40 minggu atau 40 kali pertemuan. Namun setiap kali pertemuan pesertanya semakin bertambah. Bertambahnya jumlah jamaah maka dia pindah lagi ke pondok pesantren Rahmatullah Ummah. Dari sinilah nantinya menjadi pondok pesantren Nurul Muhibbin yang cukup terkenal itu dan selanjutnya pindah ke Paringin dengan lokasi yang sangat luas dan lengkap dengan pemukimannya.
Mengenal Lebih Dalam Sosok Kharismatik Beliau
Sosok Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet sangat kharismatik dan sangat dihormati oleh masyarakatnya di Hulu Sungai. Menurut informasi seseorang, insya Allah benar, karena informasi ini muncul dari salah satu murid Tuan Guru Sekumpul. Beliau, Abu Zein Al-Banjari memberitahu kepada saya bahwa Guru Bakhiet di alam ruhani, adalah murabbi mursyid Thariqat Syadziliyyah di Kalsel.
Menurut beberapa orang yang dekat dengan dia, kelebihan yang dimiliki oleh dia di samping ilmu dan amaliahnya, antara lain yaitu:
-Menjauhi pemerintah. Contohnya dia menolak dibawa Umrah oleh Pemerintah Daerah.
-Netral dalam persoalan politik dan tidak ikut-ikutan dalam persoalan ini. Umpamanya dia menolak pemberian berupa uang dan harta karena kepentingan polotik (partai).
-Dia tahan terhadap godaan dunia (wara’).
-Sangat memuliakan para habaib. Setiap tanggal 3-5 dia membagi beras untuk para janda, habaib atau yang miskin. Begitu juga pada hari raya. Karena kecintaannya yang luar biasa terhadap para habaib. Konon dia tidak bisa dalam seharipun kalau tidak bertemu dengan habib, walaupun hanya melihat mukanya.
Ещё видео!