Ornamen altar Tjoe Soe Kong sangat terasa kekhasnya saat berkunjung ke dalam bangunan kelenteng ini. Di halaman klenteng terdapat dua pagoda kembar yang konon masih asli. Sekilas, kedua pagoda tersebut mirip dengan menara Masjid Agung Banten. Ada juga sumber mata air berusia ratusan tahun. Menurut tutur pitutur kisah masyarakat sekitar, air dalam sumur tersebut tidak pernah habis walaupun diambil terus-menerus dalam jumlah yang besar. Penganut Kong Hu Chu datang ke Klenteng Tjo Soe Kong untuk meminta berkah kesehatan. Di altar utama di klenteng tersebut terdapat patung Tjo Soe Kong, tabib asal Hokkian yang menjadi inspirasi pembangunan klenteng. Selain itu ada juga altar untuk menyembah Hok Tek Ceng Sin. Keberadaan dewa bumi tersebut tidak terlepas dari latar belakang para pendiri klenteng yang merupakan petani. Mereka berharap sang dewa mempermudah rezekinya. Klenteng Tanjung Kait Tjoe Soe Kong juga kerap menggelar event tahunan untuk memperingati tradisi Cina sekaligus menghibur masyarakat sekitar. Setiap tahunnya diadakan pertunjukan wayang Po Te Hi, Tari Naga, dan kesenian barongsai. Barongsai di Klenteng Tjo Soe Kong bebeda dengan kesenian serupa pada umumnya. Di klenteng tersebut para penari barongsai tidak hanya melakukan berbagai loncatan menakjubkan. Mereka juga menari di atas bara api sehingga mengundang kekaguman penonton.
Menurut Juru Kunci Klenteng Tjo Soe Kong yang bernama Ko Anchi, arsitektur bangunan lebih mengarah pada kebudayaan bangsa Tiong Hoa karena pembangunan awal klenteng ini dibangun oleh orang China itu sendiri. Adapun renovasi yang dilakukan dibantu oleh arsitek – arsitek yang berasal dari China. Beliaupun menuturkan bahwa Klenteng Tjo Soe Kong ini menghadap ke Barat Laut karena memang posisinya berada di pesisir pantai. Selain itu pula tidak ada arti atau filosofi tertentu dari bangunan tersebut. Didinding Klenteng ini terdapat tulisan – tulisan China yang merupakan sebagai pengingat untuk para umat Budha agar selalu menjaga kebersihan diri maupun tempat ibadah. Memang terdapat beberapa patung dan lambang Yin Yang sebagai pengingat untuk Umat Budha agar menjauhi perbuatan buruk dan selalu melakukan kebaikan
Menurut narasumber, awal berdirinya Klenteng Tjo Soe Kong pada tahun 1792 ini kondisi bangunanya masih sederhana seperti rumah biasa yang terbuat dari kayu-kayu dan bambu-bambu yang beratapkan daun kelapa. Kompleks beribadah penganut Khonghucu ini terdiri dari empat bangunan. Bangunan induk terdiri dari empat ruang, yaitu ruang depan, tengah, belakang, dan vihara bagi penganut Buddha. Bangunan di sayap kiri dilengkapi altar untuk Dewa Bumi, didalamnya terdapat makam Embah Rachman (sesepuh Tanjung Kait yang sangat berpengaruh dilingkungan masyarakat Tanjung Kait) dan Makam Empe Dato yang di yakini sebagai dewa Samudra atau dewa laut oleh Umat Budha. Sementara pada seberang bangunan induk, di sisi kanan, beberapa puluh meter dari sana tampak bangunan beraltar untuk Dewi Neng. Di bagian paling belakang bangunan induk adalah vihara Buddha dengan enam tiang utama berwarna merah. Disamping Klenteng Tjo Soe Kong ada Klenteng Kong Cho Hok Tek Ceng Sin, Klenteng ini dibangun berbarengan dengan Klenteng Tjo Soe Kong tapi Klenteng ini masih masuk ke dalam kawasan Klenteng Tjo Soe Kong. Namun seiring berjalannya waktu, banyak orang dari luar kota mengunjungi Klenteng Tjo Soe Kong ini. Sehingga menggerakan hati mereka untuk memperbaiki dan merenovasi bangunan Klenteng. Bangunan ini banyak terdapat benda bersejarah, diantaranya sepasang patung batu singa yang berdiri di depan bangunan utama kelenteng, disumbang oleh Zhang De Hai (1832-1833), sementara tempat pembakaran kertas doa dan pengharapan (lian) di kanan bangunan utama dibangun 1873. Lian itu adalah sumbangan Huang Qingsong dari Tingzijiao (Pasar Gelap Batavia), sementara Lian yang berdiri di sebelah kiri disumbang Zheng Cheng An pada 1868. Kelenteng ini merupakan bangunan bersejarah yang menggambarkan perjuangan warga etnis Tionghoa di Tangerang.
👥 more info: @perpushalwany @bantenologi5007 @balaipelestariankebudayaan9932 @bpkwilayah8
#viharatjosoekong #viaratertuaditangerang #sejarahbanten #keletengtjosoekong #senibanten #budayabanten #wisatabanten #viharakuno #budayaindonesia #jagawarisankita
Ещё видео!