Mulai melemahnya Kerajaan Majapahit bermula dari wafatnya Mahapatih Gajah Mada pada 1364.
Sosok yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa untuk menyatukan Nusantara ini merupakan tandem sejati bagi Raja Majapahit kala itu,
Hayam Wuruk yang bertaktha sejak tahun 1350.
Ketiadaan Gajah Mada membuat Hayam Wuruk ikut terpuruk dan akhirnya meninggal dunia pada 1389.
Wafatnya Hayam Wuruk, juga sebelumnya Gajah Mada, membuat stabilitas Kerajaan Majapahit semakin rapuh.
Banyak wilayah taklukan yang mulai melepaskan diri.
Sebagai penerus takhta Majapahit, tampillah Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk alias suami dari Kusumawardhani.
Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk dari permaisuri.
Kepemimpinan Wikramawardhana ternyata mendapat guncangan dari kalangan internal kerajaan sendiri.
Perlawanan tersebut dikobarkan oleh Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir.
Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005),
Slamet Muljana menjelaskan mengenai perebutan posisi raja baru setelah meninggalnya Hayam Wuruk
memiliki pengaruh besar dalam keruntuhan kemaharajaan ini.
Saat itu, Wikramawardhana menguasai bagian keraton barat Majapahit.
Sedangkan, Bhre Wirabhumi memimpin keraton bagian timur.
Pertikaian ini bersumber pada masalah perebutan kepemimpinan pemerintahan di antara para penguasa daerah atau raja-raja taklukan
yang masih merupakan kerabat istana.
Tahun 1405, pecahlah polemik antara pihak Wikramawardhana melawan kubu Bhre Wirabhumi yang kemudian disebut sebagai Perang Paregreg.
Perang saudara ini dimenangkan oleh Wikramardhana setelah Bhre Wirabhumi tewas pada 1406.
Menurut Pranoedjoe Poespaningrat dalam buku Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan:
Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008),
Perang Paregreg merupakan salah satu faktor penyebab kemunduran Majapahit.
Kian Melemah dan Akhirnya Musnah
Ещё видео!