Stasiun Palmerah (PLM) adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Palmerah Timur, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Meskipun bernama Palmerah, stasiun ini tidak terletak di kecamatan Palmerah, tetapi berada pada perbatasan antara kecamatan Palmerah dengan kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Stasiun kereta api yang terletak pada ketinggian +13 meter ini hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line saja.
Sejak 1 Agustus 2019, Stasiun Palmerah, bersama dengan Stasiun Sudirman, Stasiun Universitas Indonesia, Stasiun Cikini, dan Stasiun Taman Kota resmi menghapus penjualan kartu single trip (tiket harian berjaminan/THB) untuk KRL Commuter Line. Hal ini dikarenakan mayoritas penumpang dari KRL Commuter Line sudah terbiasa menggunakan kartu multi trip (KMT) maupun uang elektronik. Dengan cara ini, antrean panjang pembelian tiket KRL pun dapat dipangkas. Namun, pengguna jasa tetap dapat melakukan tap-in/tap-out dengan tiket harian berjaminan (THB) di stasiun ini.
Pada masa Hindia Belanda, Palmerah merupakan salah satu kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang letaknya sangat strategis. Asal mula nama Palmerah adalah berasal dari patok-patok berwarna merah yang terletak di pinggir jalan pada wilayah tersebut, & masyarakat setempat pun kemudian menyebutnya Paal Merah. Patok-patok tersebut difungsikan sebagai penanda batas wilayah Batavia ke arah Bogor. Jalan ini dahulu sering dilewati oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu ketika ia hendak mengendarai kereta kuda dari Batavia menuju ke Istana Bogor.[6]
Agar mobilitas penumpang dari Batavia menuju Rangkasbitung hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen membangun sebuah jalur kereta api serta juga stasiun-stasiunnya (termasuk Stasiun Palmerah) yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Rangkasbitung, melewati daerah Tanah Abang. Proyek ini pun selesai pada 1899, dan langsung dijalankan kereta api-kereta api reguler yang melayani rute tersebut.
Pada era 1970-an, Stasiun Palmerah diperkirakan memiliki 9 jalur serta 2 buah rel cabang. Terdapat 5 buah sepur simpan di sebelah kiri emplasemen, 2 buah sepur badug/jalur buntu di sebelah kanan emplasemen (dari arah Stasiun Tanah Abang). 5 buah sepur simpan yang berada di sisi kiri emplasemen ini digunakan untuk menyimpan/stabling gerbong-gerbong barang, yang dimana sepur simpan ini juga pernah digunakan untuk keperluan pembangunan stadion utama Gelora Bung Karno. Sedangkan untuk 2 buah sepur badug/jalur buntu yang berada di sisi kanan emplasemen digunakan untuk bongkar muat pasir, batu, kapur, & terkadang arang kayu. Juga terdapat 2 buah rel cabang yang menuju ke 2 arah yang berbeda, yaitu ke arah stadion utama Gelora Bung Karno untuk bongkar muat bahan material pembangunannya dan arah Pejompongan untuk bongkar muat bahan material pembangunan perusahaan daerah air minum (PDAM).
Diperkirakan pada pertengahan era 1980-an, sepur-sepur simpan di Stasiun Palmerah ini dibongkar karena sudah tidak diperlukan lagi, & hanya menyisakan 2 jalur saja untuk lalu-lalang/persilangan. Bekas sepur-sepur simpan tersebut kemudian dibangun menjadi Jalan Tentara Pelajar di kedua sisi stasiun, baik yang mengarah ke Pejompongan maupun yang mengarah sebaliknya, yaitu ke arah Permata Hijau.
Pada awal era 2000-an, jalur 1 merupakan sepur lurus.[15] Sejak pengoperasian jalur ganda di lintas Tanah Abang-Serpong per 4 Juli 2007, tata letak stasiun ini dirombak dengan menambahkan jalur 2 sebagai sepur lurus baru. Meskipun Stasiun Palmerah sudah direnovasi pada 2013-2014, tetapi bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen masih tetap dipertahankan dan ruangan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang juga merupakan bagian dari bangunan lama stasiun ini pun masih dipakai hingga sekarang.
Sumber Wikipedia
#palmerah #stasiunpalmerah
Ещё видео!