Dalam Sejarah Perjalanan Gubernur Jenderal Belanda Ke-36, Herman Willem Daendles, telah membangun jalan raya sepanjang 1.000 km antara Anyer (Serang, Banten) hingga Panarukan (Banyuwangi, Jawa Timur). Jalan Daendels dibangun mulai bulan Mei 1809 – 1810 M., sejauh 1000 km membentang antara Anyer-Jakarta-Bogor-Puncak-Cianjur-Bandung-Cadas Pangeran (Sumedang)-Cirebon-Pekalongan-Surabaya-Panarukan (Banyuwangi).
Kesimpangsiuran informasi itu menurut Halwany Michrob, wajar-wajar saja sebab pembuatan jalan Deandles saat itu melakukannya dalam dua tahapan, tahap pertama merupakan pembuatan jalan untuk membuka poros Batavia – Banten pada tahun 1808, pada masa itu Daendles mefokuskan kegiatannya pada pembangunan dua pelabuhan di utara (Merak) dan di selatan (Ujung Kulon). Jalur ini melalui garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Palasari, Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor). Tahap kedua dimulai pada tahun 1809, dengan rute dari Anyer melalui Pandeglang, di Pandeglang jalan bercabang dua yang satu menuju Serang ( arah Utara) dan yang satu lagi menuju Lebak (arah Selatan). Dari Serang, rute selanjutnya Ke Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Pekalongan, Surabaya hingga Panarukan, sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Jalan inilah jalan yang di sebut jalan utama atau jalan protokol, akan tetapi itu tidak berarti bahwa tidak ada cabang-cabang jalan lainnya yang dilewati oleh Daendels. Di daerah tertentu, banyak rute khusus yang sengaja di bangun oleh Daendels pada masa itu terutama daerah pusat Kabupaten karena untuk mempermudah transportasi pengangkutan rempah-rempah ke luar daerah tersebut.
Banten merupakan tempat yang paling banyak memiliki cabang-cabang Jalan Deandels sebab Banten cukup banyak menghasilkan rempah-rempah. Anyer dijadikan titik nol kilometer karena kota ini sudah di pola Daendels untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi dari wilayah Banten menuju dua pelabuhan yaitu pelabuhan Merak dan pelabuhan Ujung Kulon. Banten sendiri sudah dilokalisasi dalam segi hasil bumi oleh Daendels karena Banten subur dan kaya akan hasil buminya terutama rempah-rempah. Hingga saat ini, sebagian besar jalan Daendels masih terpakai bahkan yang lama sengaja diperbaharui supaya dapat digunakan. Jalan Daendels yang tidak dapat digunakan sama sekali adalah rute jalan arah ke Pontang dan arah ke Bayah dikarenakan rute jalan tersebut hancur dan tidak dapat diperbaiki kembali. Sementara itu Daendels sempat memerintahkan pembuatan jalan di selatan Pulau Jawa, rutenya di mulai dari sebelah barat Jawa yakni; dari Bayah menuju Pelabuhan Ratu, terus ke Selatan ke daerah Sukabumi, Cimanuk dan seterusnya hingga ke Pangandaran, Purwokerto dan Yoyakarta. Jalan Daendels yang lebih di kenal oleh masyarkat adalah jalan bagian Utara Jawa, ini disebabkan karena jalan di Utara melalui rute yang berhadapan langsung dengan rute Batavia, sedangkan jalan bagian Selatan Jawa selain kondisi jalannya rusak berat dan juga banyak yang terputus seperti jalan dari Bayah sampai Citorek.
👥 more info: @perpushalwany, @bantenologi5007, @balaipelestariankebudayaan9932
#sejarahbanten #deandles #mercusuar #kerjarodi #anyer #anyerpanarukan #wisatabanten #zamankolonial #cagarbudayaindonesia #jejaksejarahbanten #jagawarisankita
Ещё видео!