Dalam kajian dan penelitian dari pengiat literasi sejarah pati, babad pati yang di buat sebagai bahan rujukan dalam penentuan hari jadi kabupaten Pati dipertanyakan keshakihannya oleh beberapa kalangan pemerhati sejarah dan budayawan di kabupaten Pati.
Salah satu Budayawan, serupa dan pemerhati sejarah kabupaten Pati beliu Bpak Drs Djoko Wahjono menyangsikan kebenaran dari cerita dari Kitab Babad Pati yang ditulis oleh K.M Sosrosumarto dan S.Dibyosudira tersebut.
Salah satunya adalah:
Siapakah sebenarnya sosok Kembangjaya?
Dalam Babad Pati sama sekali tidak dituliskan siapa ayah atau nenek moyang Kembangjaya. Hanya menulis Kembangjaya mempunyai dua saudara yaitu permaisuri dari Puspa Andungjaya sebagai Adipati Carangsoka dan Sukmayana Penguasa Majasemi sebagai kakaknya. Lalu Kembangjaya sebagai Adipati Pesantenan bergelar Adipati Jayakusuma dan hanya mempunyai putra tunggal bernama Tandhanegara.
Sedangkan Babad Pati yang ditulis Oleh Ahmadi,S.Pd(2004) merujuk pada buku sejarah hari jadi Pati tahun 1994 menuliskan bahwa Adipati Jayakusuma mempunyai putra tunggal yaitu Tambranegara. Setelah naik tahta, kemudian Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan dari Kemiri ke Kaborongan. Tambranegara juga hanya memiliki satu orang anak bernama Tandhanegara yang kemudian naik tahta menggantikan ayahnya Tambranegara. Karena tak memiliki keturunan maka sepeninggal Tandhanegara maka pemerintahan Pati kosong dan tak meninggalkan jejak apapun. Jadi silsilah Kembangjaya menjadi semakin tidak jelas nenek moyangnya.
Kisah yang diambil dari babad pati yang di tulis oleh K.M.Sosrosumarto dan S.Dibyasudira kemudian digubah oleh tim hari jadi kabupaten pati dalam penelusuran dan penelitian sejarah di pati menurut pengiat sejarah pati tidak ada kadipaten pesantenan di pati kecuali yang bersumber dari sebuah cerita kesenian ketoprak.
Menurut penulis artikel ini dan beberapa pemerhati sejarah di pati berpendapat Pati resmi menjadi kadipaten di sekitar abad ke 15 era Demak bintoro Sebelumnya adalah wilayah masa majapahit nama pati sendiri tertulis dalam suluk wujil yang di sinyalir di tulis oleh sunan bonang dalam cuplikan suluk wujil itu menceritakan:
“sunan wahdat menyakan kabar ketika satpada berada di jawana (juana) ratu wahdat menyuruh wujil mengambil bunga teratai ratu wahdat kemudian menulis surat di atas kelopak bunga teratai kepada Seh Malaya selanjutnya wujil di perintahkan memberikan surat tersebut kepada Seh Malaya di bumi pati, sunan wahdat mengirimkan sumping wujil segera berangkat ke pati tidak di ceritala perjalan yang di tempuh wujil bertanya ke orang orang pedesaan apakah ada yang mengetahui seseorang penari gambuh tari topeng bernama seh Malaya”
Jika merujuk pada suluk wujil yang di sinyalir di tulis oleh sunan bonang pati sudah ada di masa wali songo masa demak bintoro, selama ini penulis yang hoby dalam mengumpulkan sumber sejarah dan literasi belum menemukan data perimer (prasasti) yang menyebut tentang pati yang notabenya mengarah ke kabupaten pati sekarang ini prasasti wihara i wunandaik saja yang di keluarkan di masa kerajaan mdang matarãm yang di temukan di desa pangonan telogowungu pati sama sekali tidak menyebut nama pati justru ada tertulis nama tangawunkal dan rahwuwu yang notabenya kemungkinan saja mengarah kedesa gunungwungkal dan desa rahtawu kudus.
Menurut bpk Drs. Djoko wahjono ,menuturkan bahwasannya Keris Rambut Pinutung sendiri juga merupakan perlambang atau gambaran tentang putusnya tali persaudaraan antara Pati dan Mataram Islam yogyakarta yang mana pati dan mataram islam masih ada ikatan kekeluargaan hubungan famili melalui perkawinan. Dan kuluk kenigoro Menurut beliu kuluk kenigork itu merupakan bahasa pasemon yang harus kita gali. Dalam Babad memang banyak kata-kata yang sifatnya simbolis. Kalau menurut beliau pak joko Kuluk Kanigara adalah lambang mahkota atau kehormatan
Dan menurut Bpk Ragil Harya Yudiartanto, guru sejarah SMA N 2 Pati, ditanya tentang Babad Pati, dirinya mengatakan, orang mungkin akan bingung membaca Babad Pati, karena dalam Babad Pati tidak disebutkan angka tahun kejadian dalam kronologis ceritanya. Selisih tahun pembuatan sendiri cukup jauh. Babad Pati ditulis di tahun 1925 dan sedangkan yang diceritakan tahun 1600-an jadi ada selisih sekitar 325 tahun. Jadi kita jangan terlalu bersandar pada cerita babad dan cerita pitutur, terlebih cerita kesenian ketoprak di pati. karena kita harus teliti secara mendalam, dan tidak hanya sekedar membaca dengan telaah yang mentah.
Sumber.
[ Ссылка ]
Artikel di atas di ambil dari hasil penelitian dari pengiat pemerhati sejarah di pati dalam rangka merekrutruksi sejarah pati yang di tulis time HARI JADI KOTA PATI dengan kajian dan penelitian secara ilmiyah dari Yayasan arga kencana di kabupaten pati. Yayasan arga kencana yang bergerak dalam penelusuran, pelurussan sejarah sekabupaten pati bumi mina tani di luar tim hari jadi kota pati.
Ещё видео!