Andri:
Hai semuanya! Kembali lagi di channel saya, Andri Sidauruk, tempat kita berbagi pengalaman dan inspirasi seputar dunia pendidikan. Hari ini, saya ingin berbicara tentang sebuah refleksi yang sangat penting dalam proses pembelajaran saya sebagai guru. Mungkin Bapak/Ibu guru juga pernah mengalami hal serupa, dan saya harap ini bisa menjadi bahan renungan bersama. Yuk, kita mulai!

[Pertanyaan 1: Apa yang Bapak/Ibu lihat dalam proses tersebut? (Peristiwa)]

Andri:
Dalam proses ini, saya melihat bagaimana keterampilan sosial dan emosional (KSE) sangat berperan dalam keseharian kita sebagai pendidik, baik di dalam maupun di luar kelas. Sebagai contoh, ketika saya menerapkan metode berdiferensiasi dalam pembelajaran, saya melihat beragam reaksi dari siswa. Ada yang langsung aktif dan terlibat, sementara yang lain butuh lebih banyak dorongan untuk bisa berpartisipasi. Ini bukan hanya tentang menyampaikan materi, tapi juga tentang bagaimana kita memahami dan merespons kebutuhan emosi dan sosial mereka.

[Pertanyaan 2: Apa yang Bapak/Ibu rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)]

Andri:
Jujur saja, ada perasaan campur aduk. Di satu sisi, saya merasa bangga karena bisa melihat beberapa siswa berkembang pesat. Namun, ada juga rasa khawatir ketika saya melihat ada siswa yang masih tampak tertinggal atau kurang terlibat. Sebagai guru, kita tentu saja ingin semua siswa mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan bermakna. Terkadang, saya juga merasa bahwa tantangan ini menguji kesabaran dan kemampuan manajemen diri saya sebagai seorang pendidik.

[Pertanyaan 3: Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut? (Pembelajaran)]

Andri:
Dari proses ini, saya belajar bahwa penting sekali untuk mengembangkan kesadaran sosial dan keterampilan berelasi, baik bagi diri saya sendiri maupun siswa. Melalui pengamatan ini, saya semakin memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda. Hal ini mengingatkan saya akan pentingnya manajemen diri, terutama dalam menjaga motivasi dan konsistensi saat mengelola kelas yang beragam. Mengajarkan keterampilan ini kepada siswa tidak hanya membantu mereka sukses di kelas, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

[Pertanyaan 4: Apa umpan balik yang Anda dapatkan? (Pembelajaran)]

Andri:
Saya mendapatkan umpan balik yang sangat berharga dari kolega saya, dari siswa, bahkan dari diri saya sendiri. Rekan-rekan guru memberikan masukan tentang bagaimana saya bisa lebih mengoptimalkan manajemen kelas melalui pendekatan yang lebih inklusif. Dari siswa, saya mendapatkan umpan balik yang tidak terduga—mereka merasa lebih nyaman dan didengar saat saya memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka. Dari sini, saya belajar untuk lebih sabar dan terbuka dalam menerima berbagai reaksi yang muncul di kelas.

[Pertanyaan 5: Apa yang ingin Anda perbaiki atau tingkatkan agar ini berdampak lebih luas? (Penerapan)]

Andri:
Ke depan, saya ingin lebih memperkuat proses refleksi dalam pengajaran, baik untuk diri sendiri maupun untuk siswa. Saya juga berencana meningkatkan pendekatan diferensiasi dengan lebih fokus pada kesadaran sosial siswa, sehingga mereka tidak hanya belajar akademis, tapi juga belajar berelasi dan berempati satu sama lain. Saya yakin, dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan mengedepankan keterampilan sosial-emosional, dampaknya akan lebih luas—tidak hanya pada hasil belajar, tapi juga pada suasana kelas yang lebih positif dan inklusif.

[Closing]

Andri:
Itulah refleksi singkat saya tentang pentingnya kompetensi sosial dan emosional dalam proses pembelajaran. Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi untuk Bapak/Ibu guru di luar sana. Jangan lupa, kita semua punya potensi untuk terus belajar dan berkembang, baik sebagai pendidik maupun sebagai manusia. Terima kasih sudah menonton, dan sampai jumpa di video berikutnya!



Instagram
[ Ссылка ]==

Email
aaproduction18@gmail.com
Kak Bayu

свернуть