JAMBI28 TV -Warga Kampuang Pariak, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat masih mempertahankan alat tangkap leluhur berupa sukam dalam menangkap ikan di Sungai Batang Antokan saat zaman moderen.
.
Ketua Kelompok Piliang, Wel (42) di Lubukbasung, mengatakan sukam itu merupakan alat tangkap tradisional turun temurun semenjak ratusan tahun lalu.
.
“Nenek moyang kami memakai alat tangkap sukam ini untuk menangkap ikan di sungai,” kata Wel seperti yang dilansir Antara beberapa waktu lalu.
.
Ia mengemukakan, alat tangkap sukam itu terbuat dari pohon bambu yang disusun di dalam sungai dengan bantalan pohon kayu pilihan.
.
Biaya untuk membuat sukam itu sekitar Rp1,5 juta per unit dengan waktu pembuatan selama satu hari.
.
“Pembuatan sukam tergantung dengan cuaca dan material. Apabila cuaca bagus dan material cukup, maka bisa selesai selama satu hari,” ujarnya.
.
Untuk hasil tangkapan ikan, tambahnya tergantung kondisi cuaca dan air sungai.
.
Apabila curah hujan tinggi dan air sungai besar, hasil tangkapan ikan berupa gariang, ikan zidat, nila dan lainnya mencapai sekitar 50 kilogram per hari.
.
Ikan itu akan masuk ke dalam sukam dan anggota akan memilih ikan tersebut untuk dikumpulkan di suatu tempat.
.
Untuk pemasaran hasil tangkapan ikan itu dijual ke warga sekitar Lubukbasung dan Pasaman Barat.
.
“Hasil penjualan ikan itu akan kita keluarkan untuk modal pembuatan sukam dan sewa lahan Rp4 juta selama tiga tahun. Sisanya akan kita bagi ke kelompok dengan jumlah 10 orang,” jelasnya.
.
Tokoh Masyarakat Garagahan, Tarazi (58) menambahkan alat tangkap sukam ada sekitar 10 unit di sepanjang aliran Sungai Batang Antokan.
.
Pemilik sukam itu ada pribadi dan ada secara kelompok.
.
“Alat tangkap sukam itu ramah lingkungan dan menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat, karena alat tangkap berupa tradisional,” tambahnya.
Ещё видео!