Setidaknya 500.000 rumah tangga di Indonesia belum memiliki akses listrik hingga Mei 2021, menurut data pemerintah. Mayoritas mereka tinggal di desa terpencil atau terluar.
Dapatkah energi bersih dan terbarukan menjadi solusi kunci pemerataan akses listrik untuk setiap warga Indonesia?
Pulau Papagarang dan Pulau Messa berada di gugus kepulauan Labuan Bajo, lokasi yang dipoles pemerintah pusat sebagai destinasi 'super premium'.
Tapi, sepanjang malam sebelum tahun 2019, permukiman warga di dua pulau ini nyaris selalu gelap gulita.
"Dulu saat bulan gelap, kondisinya sangat mencekam. Gelap gulita seperti tidak ada kehidupan. Kami tidak bisa beraktivitas sama sekali," ujar Rosman, warga Pulau Messa.
Kehidupan warga pulau berubah setelah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diresmikan.
"Sekarang setelah ada listrik, warga bisa lebih banyak beraktivitas dan bisa mengembangkan usaha, bisa jadi duit semua," kata Rosman.
Menurut Tri Mumpuni, Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, persoalan ketiadaan listrik di daerah terpencil mestinya disiasati dengan energi terbarukan dan bersih seperti matahari, angin, air hingga mikrohidro.
"Energi terbarukan itu alat terbaik untuk mengentaskan kemiskinan," ujarnya.
Namun faktanya, Kementerian ESDM pada Mei lalu masih mengizinkan PLN membangun PLTD di 97 lokasi di Maluku dan Maluku Utara. Selain itu, ketersediaan anggaran juga menentukan pemerataan ketersediaan listrik.
"Jadi kalau ada Rp31 triliun sudah saya buat beres. Tapi kalau hanya dikasih Rp5 triliun, kapan kelarnya?" ujar Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu.
============
Berlangganan channel ini di: [ Ссылка ]
Instagram: [ Ссылка ]
Twitter: [ Ссылка ]
Facebook: [ Ссылка ]
#bbcindonesia
Ещё видео!