Hai Bro and Sis, salam bahagia ❤️❤️
Kali ini kita akan melakukan perjalanan di Klenteng Boen Tek Bio Tangerang, yuk ikuti perjalanan saya.
Klenteng Boen Tek Bio atau tempat kebajikan yang tetap bertahan, klenteng kuno ini berada di tengah perkampungan pecinan yang menjadi cikal bakal Kota Tangerang. Klenteng Boen Tek Bio tampak mencolok dengan warna merah terang bagian atap utamanya, menampakkan sepasang naga mengapit mutiara yang menyala, lampion-lampion merah bergelantungan di langit-langitnya.
Klenteng ini menghadap ke selatan, jika anda masuk ke halaman depan yang ber-ubin merah anda akan menjumpai dua patung singa dari batu andesit abu-abu, kemudian menara pembakaran kertas sembahyang yang bercat merah ada di sisi kanan dan kiri halaman, di tengahnya terdapat pedupaan atau hyolo utama.
Pedupaan berwarna emas ini merupakan tempat pembakaran hio bagi dewa langit, sementara bangunan utama klenteng terdiri dari ruang dewa utama yang dikelilingi oleh serambi bagi dewa dewi pendukung.
Klenteng Boen Tek Bio adalah klenteng tertua di kawasan pecinan Kota Tangerang, kehadirannya tak bisa dilepaskan dari kedatangan orang-orang Tionghoa yang dikenal dengan sebutan Cina benteng.
Seiring dengan kedatangan mereka masuk pula ajaran Konghucu, di tempat baru ini mereka membangun pemukiman dalam bentuk petak sembilan dengan bio atau klenteng sebagai pusatnya. Mula-mula yang dibangun Klenteng Boen Tek Bio menyusul kemudian tiga klenteng lainnya.
Dibangun di Tangerang, Klenteng Boen Tek Bio dibangun dan didedikasikan untuk menghormati Dewi Kwan Im, salah satu Sheng Ming yang dihormati umat Konghucu. Sheng Ming bisa diartikan dewa dewi. Boen Tek Bio sendiri berasal dari bahasa Hokkien yang memiliki arti khusus, "Boen" berarti intelektual, "Tek" berarti kebajikan dan "Bio" berarti tempat ibadah.Secara etimologi Boen Tek Bio berarti tempat bagi umat manusia untuk menjadi insan yang penuh kebajikan dan intelektual.
Ada beberapa versi mengenai kapan dibangunnya Klenteng Boen Tek Bio, Klenteng Boen Tek Bio dibangun sekitar abad ke-17 atau awal abad ke-18. Masyarakat Tionghoa setempat meyakini klenteng semula berbentuk sebuah rumah bambu, pemugaran kemudian beberapa kali dilakukan. Klenteng di Jalan bakti Kota Tangerang ini direnovasi besar-besaran pada tahun 1844. Bangunan yang pertama dibangun adalah bagian tengah klenteng saat ini, bangunan inilah yang mengalami renovasi tahun 1844, ahli bangunan dari Tiongkok sengaja didatangkan, sehingga bangunan genteng yang awalnya hanya berupa rumah, menjadi seperti yang bisa dilihat seperti saat ini, sementara bangunan di sisi kiri kanan serta di belakang dibangun kemudian bangunan sisi kiri kanan dibuat tahun 1875, sedangkan bangunan di bagian belakang dibangun pada tahun 1904.
Saat renovasi tahun 1844, keempat kimsin dewa-dewi yang disembah di kelenteng ini, yakni Dewi Kwan Im Hud Couw, Kongco Kha Lam Ya, Kongco Hok Tek Ceng Sin, dan Kongco Kwan Seng Tee Kun dipindahkan ke Kelenteng Boen San Bio di daerah Pasar Baru, Tangerang.
Setelah renovasi selesai, keempat kimsin dikembalikan ke Kelenteng Boen Tek Bio melalui prosesi arak-arakan tandu (joli). Prosesi arak-arakan pertama, yang dilakukan tahun 1856, kemudian menjadi tradisi rutin dan dikenal dengan istilah Gotong Toapekong.
Salah satu yang menarik pada Klenteng Boen Tek Bio adalah berbagai atribut di dalamnya, mulai dari tempat sembahyang hingga papan didatangkan langsung dari Tiongkok, termasuk dua patung singa di halaman depan klenteng.
Patung yang biasa disebut choksae ini berasal dari sumbangan tahun 1827, sepasang patung singa ini biasa ditempatkan di depan kuil Cina, satu melambangkan unsur yeng atau jantan, digambarkan dengan mulut terbuka dan sebuah bola kecil, satu lagi sebagai unsur Yin betina dengan mulut tertutup dan anak singa di bawah kakinya.
Pun sebuah lonceng di sebelah Barat laut, lonceng ini adalah cetakan dari perunggu utuh dengan nama Wenda Miaw dalam aksara Mandarin, yang dilebur di Tiongkok.
Klenteng yang pernah berubah nama menjadi Vihara Padumuttara pada masa orde baru ini terletak di kawasan pasar lama Tangerang, letaknya yang strategis membuat Klenteng Boen Tek Bio selalu kedatangan pengunjung, aksesnya pun mudah.
Kelenteng Boen Tek Bio terakhir kali mengadakan perayaan Toapekong pada 6 Oktober 2012. Perayaan berikutnya akan diadakan lagi pada 2024. Kendati begitu tak perlu menunggu lama untuk menyaksikan perayaan di sana. Pasalnya setiap tahun kelenteng ini rutin mengadakan berbagai perayaan seperti Peh Cun, yaitu lomba perahu naga yang diadakan di Kali Cisadane.
Nah bro and sis demikianlah perjalanan wisata budaya yang saya lakukan di Klenteng Boen Tek Bio, saksikan perjalanan wisata budaya selanjutnya di tempat-tempat bersejarah lainnya.
Selamat Meditasi 🧘🏻♀️🪷🧘♂️
#meditasi #spiritual #bahagia #kesehatan #healing #meditasidalamwisatabudaya
Ещё видео!