Berdasarkan bukti arkeologis pengaplikasian warna telah dikenal manusia sejak zaman sekitar 3500 sebelum masehi ,dengan menggunakan ekstrak dari sayuran, buah-buahan, bunga dan serangga. Hal ini diperkuat dengan bukti temuan pakaian berwarna dan jejak pewarna pada reruntuhan peradaban Mohenjodaro dan Harappa. Selain itu, catatan tertulis ditemukan bahwa pewarna alami telah digunakan di China dan India
Pewarnaan alami ini terus mengalami perkembangan,walaupun memiliki kelemahan seperti warna tidak stabil, keseragaman warna kurang baik, konsentrasi pigmen rendah, serta spektrum warna yang terbatas. Disamping itu, pewarnaan alami juga mudah kusam dan ketahanan luntur rendah apabila dicuci dan terkena sinar matahari.
Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat menghasilkan zat warna seperti: bunga, buah, daun, biji, kulit, batang, kayu dan akar, Pewarna alam yang diperoleh dari tanaman sangat beragam, di antaranya seperti merah, kuning, biru, coklat, dan hitam, tergantung dari jenis dan bagian tanaman serta cara memperolehnya. Agar warna yang dihasilkan tidak mudah luntur dan cemerlang, pada proses pencelupan pewarnaan perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai mordant atau fiksator pengikat warna. Bahan fiksasi perlu dipilih dari bahan yang ramah lingkungan, seperti air kapur, tunjung, tawas dan lain sebagainya
Silahkan Saksikan Konten edukasi Persembahan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia bersama Museum Tekstil Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan Profinsi DKI Jakarta TA 2021
Eps 03 background music
Opening :
Akun YouTube : Alex Koff - Background Music🎵
Judul Lagu : [No Copyright] Cinematic Tribal Drums Background Music For YouTube Videos
Ещё видео!