Sabu Raijua, Sabu NTT
Kampung Adat Namata, salah satu kampung Megalitik yang masih dilestarikan adat dan budayanya berada di Desa Raeloro, Sabu Raijua.. Beberapa batu hitam yang ada di sekitar saya adalah batu yang memiliki simbol adat pada masa lampau dan sekarang, untuk acara ritual kepercayaan ( Jingitiu ) dengan harapan memberikan keseimbangan antara manusia dan alam, saya menggunakan tenunan asli Hawu Mehara ( Ei Raja )
Kampung Adat Namata merupakan Kampung Adat sekaligus Destinasi Wisata Budaya yang terletak di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Propinsi Nusa Tenggara Timur yang dibentuk oleh salah satu tokoh Sabu Raijua yang bernama Robo Aba, dan saat ini menjadi pusat Pemerintahan Adat, kususnya Wilayah Adat Habba atau Sabu Barat.
Untuk masuk di Kampung Adat Namata ini Netas (Netizen Perbatasan) harus mengenakan pakaian adat Sabu. Tidak perlu khawatir karna disini juga terdapat tempat penyewaan baju adat Sabu. Untuk menyewa baju adat Netas cukup mengeluarkan uang sebesar Rp.100.000,- untuk satu set lengkap pakaian serta uang seikhlasnya untuk biaya masuk.
Setelah memasuki Kampung Adat Namata Netas akan melihat rumah adat Sabu dan merasakan suasana peradaban jaman megalitik, dimana terdapat bongkahan batu-batu berbentuk lingkaran di tengah kampung tersebut. Warga Sabu percaya setiap batu mempunyai daya magis tersendiri.
Jangan Sentuh, Foto, dan Duduk di Batu Rue
Setelah Netas berganti pakaian dengan pakaian adat Sabu, Netas akan di pandu mengelilingi Kampung Adat Namata. Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung. Setiap tempat mempunyai adat istiadat tersendiri yang harus kita hormati.
Saat tim dari Humas Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) mengunjungi Kampung Adat Namata, salah satu warga yang memandu tim Humas yakni Elisabet mengatakan bahwa ada satu batu yang tidak boleh di pegang, di foto maupun diduduki oleh siapapun.
Batu itu bernama Batu Rue. Elisabet menjelaskan Batu Rue merupakan batu khusus untuk ritual orang yang mati akibat kecelakaan, terbakar, jatuh dari pohon, dan bunuh diri.
Pantai Rae Mea terletak di Sabu Timur, disebut Rae—Tanah, dan Mea —- Merah, lokasi menuju pantai jalannya dari tanah merah dan dinding batu yang menghias di depan pantai juga terlihat berwarna merah dengan ukiran berbentuk tulang atau gigi akibat proses alam yg membentuknya, sebaiknya berkunjung di waktu cerah agar kita bisa menikmati indahnya eksotic alam di pantai ini, pasirnya putih dan penduduknya berpenghasilan nelayan dan petani rumput laut
Kalau saja ada penerbangan langsung dari Jakarta atau minimal dari Bali deh ke Pulau Sabu di Nusa Tenggara Timur, pasti pulau eksotis ini bakal ramai dikunjungi. Apalagi belakangan ini muncul wajah jelita Sarlin Jones, Miss Grand Indonesia 2019 yang ternyata berasal dari Pulau Sabu, pasti makin banyak yang penasaran apakah gadis di Pulau Sabu banyak yang cantik-cantik. Faktanya memang banyak gadis cantik di sana, dengan raut muka yang khas, gabungan Timor dan India Selatan. Tapi bukan itu yang hendak dibahas di artikel ini. Melainkan kecantikan Pulau Sabu yang diwakili oleh Pantai Rae M
ASAL-USUL PANTAI RAE MEA
Pantai ini konon terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu. Rae Mea, Kampung Merah, diasosiakan dengan Kampung Arwah, tempat perhentian arwah nenek moyang. Memang kalau kapal berlayar dari arah timur, bagian Pulau Sabu yang duluan terlihat adalah pantai ini. Ada dua batu besar yang diyakini sebagai tempat perhentian arwah atau perahu arwah. Juga terdapat sebuah batu besar yang dinamakan batu Banni Nali. Sayang MyTrip tak sempat melihatnya.
Ещё видео!