Proses pembangunan JJLS di wilayah Desa Semugih Kecamatan Rongkop terhenti beberapa waktu terakhir. Sebuah batu yang dikenal masyarakat sebagai watu manten (batu pengantin) tidak bisa di pecah atau pun di geser dari lokasi semula. Untuk itu, pemerintah desa berinisiatif untuk menggelar ritual kejawen agar proses pemindahan batu yang diperkirakan bakal berada di tengah jalan itu dapat dilakukan.
Pantauan di lapangan, sejak pagi hari disekitar lokasi watu manten ratusan warga berkumpul untuk melihat ritual tersebut. Nampak anak-anak berseragam sekolah hingga orang lanjut usia berada di sekitar lokasi.
Sejumlah orang dari Keraton Ngayogyakarta nampak datang di sebuah tenda yang telah di sediakan pemerintah desa. Beberapa sesajian berupa, sepasang ayam kampung, ingkung, nasi tumpeng, kendil berisi air dan sepasang baju pengantin satu per satu dipersiapkan untuk kepentingan ritual.
Seorang tokoh utusan keraton juga mengikatkan janur kuning di dua pihon jati yang tumbuh diatas batu itu. Janur juga diikatkan di alat berat yang nantinya akan digunakan untuk mengeser batu tersebut.
Kepala Desa Semugih, Sugiarto mengatakan, ritual ini sengaja dilakukan lantaran proses pembangunan JJLS di wilayahnya terhenti. Seminggu trakhir ini, setiap alat berat yang hendak memecah batu tersebut tiba-tiba mati.
"Alat berat berupa back hoe tiba-tiba macet tidak bisa bekerja," ujar dia, Kamis (12/09/2019).
Untuk itu, pihaknya kemudian berinisiatif untuk memanggil orang pintar agar batu tersebut dapat di pecah. Namun sejumlah orang yang didatangkan tidak mampu memberikan efek berarti.
"Akhirnya kita berkomunikasi dengan keraton. Hari ini kita adakan ritual kejawen agar batu ini dapat di pecah," jelas dia.
Konon ceritanya, lanjut Kades Semugih, dahulunya di lokasi batu berada itu terdapat dua orang calon pengantin. Keduanya tengah beristirahat ketika dalam perjalanan.
Namun ketika berhenti di Padukuhan Semampir, Desa Semugih tiba-tiba sebuah batu berukuran besar longsor dari atas bukit dan menimpa keduanya. Dipercayai pula, jasad dari kedua pengantin itu pun sampai saat iniProses pembangunan JJLS di wilayah Desa Semugih Kecamatan Rongkop terhenti beberapa waktu terakhir. Sebuah batu yang dikenal masyarakat sebagai watu manten (batu pengantin) tidak bisa di pecah atau pun di geser dari lokasi semula. Untuk itu, pemerintah desa berinisiatif untuk menggelar ritual kejawen agar proses pemindahan batu yang diperkirakan bakal berada di tengah jalan itu dapat dilakukan.
Pantauan di lapangan, sejak pagi hari disekitar lokasi watu manten ratusan warga berkumpul untuk melihat ritual tersebut. Nampak anak-anak berseragam sekolah hingga orang lanjut usia berada di sekitar lokasi.
Sejumlah orang dari Keraton Ngayogyakarta nampak datang di sebuah tenda yang telah di sediakan pemerintah desa. Beberapa sesajian berupa, sepasang ayam kampung, ingkung, nasi tumpeng, kendil berisi air dan sepasang baju pengantin satu per satu dipersiapkan untuk kepentingan ritual.
Seorang tokoh utusan keraton juga mengikatkan janur kuning di dua pihon jati yang tumbuh diatas batu itu. Janur juga diikatkan di alat berat yang nantinya akan digunakan untuk mengeser batu tersebut.
Kepala Desa Semugih, Sugiarto mengatakan, ritual ini sengaja dilakukan lantaran proses pembangunan JJLS di wilayahnya terhenti. Seminggu trakhir ini, setiap alat berat yang hendak memecah batu tersebut tiba-tiba mati.
"Alat berat berupa back hoe tiba-tiba macet tidak bisa bekerja," ujar dia, Kamis (12/09/2019).
Untuk itu, pihaknya kemudian berinisiatif untuk memanggil orang pintar agar batu tersebut dapat di pecah. Namun sejumlah orang yang didatangkan tidak mampu memberikan efek berarti.
"Akhirnya kita berkomunikasi dengan keraton. Hari ini kita adakan ritual kejawen agar batu ini dapat di pecah," jelas dia.
Konon ceritanya, lanjut Kades Semugih, dahulunya di lokasi batu berada itu terdapat dua orang calon pengantin. Keduanya tengah beristirahat ketika dalam perjalanan.
Namun ketika berhenti di Padukuhan Semampir, Desa Semugih tiba-tiba sebuah batu berukuran besar longsor dari atas bukit dan menimpa keduanya. Dipercayai pula, jasad dari kedua pengantin itu pun sampai saat ini masih berada di lokasi.
"Nanti ada pakaian temanten (pengantin) dari keraton untuk ritual. Nantinya pakaian itu akan kita simpan di Balai Desa Semugih," ucap dia.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Padukuhan Baran, Desa Semugih, Agus mengatakan watu nganten dipercaya masyarakat menjadi lokasi yang cukup angker atau sakral. Beberapa kali pernah terjadi kecelakaan disekitar lokasi.
"Belum lama ini ada polisi jatuh, dan melihat sosok penampakan makhluk tinggi besar berada di atas batu," kata dia.
Selama ini pula masyarakat setempat mempercayai adanya hal mistis tersebut. Pun demikian dengan macetnya proses pengerjaan JJLS disinyalir dikarenakan oleh hal mistis.
"Warga disini percaya ada hal mistis dibalik tidak bisanya batu temanten ini dipecah atau dipindah," pungkas dia.
Ещё видео!